Dari dua penjelasan penanggalan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada bagian yang sama dan juga ada bagian berbeda. Sama karena memiliki 12 bulan dan berbeda dari segi perhitungan umur tiap bulan serta jumlah hari dalam satu tahun. Kedua penanggalan tersebut juga memiliki manfaat, di dalam Al-Qur'an disebutkan pada QS. At-Taubah ayat 36, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." sehingga dengan mengatahui dan memahami penanggalan tersebut manusia bisa beribadah sesuai dengan waktu yang tepat.
Sehingga dalam persoalan bulan Ramadhan terjadi dua kali pada tahun 2030, bisa diulas kembali dari perhitungan penanggalan bulan masehi dan bulan hijriah. Â Berdasarkan fakta yang sudah ada bahwa jumlah hari dalam satu tahunnya berbeda meskipun jumlah bulannya sama, maka dapat ditarik kesimpulan jika penanggalan hijriyah dikorelasikan pada penanggalan masehi di tahun 2030, bulan Ramadhan terjadi sebanyak dua kali, karena memang jumlah hari di tahun hijriyah tidak sebanyak jumlah hari di tahun masehi. Jadi, memungkinkan saja jika pergantian bulan hijriyah pada tahun yang baru sudah masuk ke bulan masehi meskipun pada penanggalan masehi belum masuk ke tahun yang baru.
Opini di atas didukung oleh tulisan Elise Kerr yang dipublikasikan pada https://whatson.ae bulan April tanggal 15 tahun 2021, bahwa menurut Ibrahim Al Jarwan yang merupakan anggota Federasi Arab untuk Antariksa dan Ilmu Astronomi dalam sebuah wawancara dengan Gulf News, Al Jarwan menjelaskan bahwa karena kalender lunar (kalender hijriyah) 11 hari lebih sedikit dari kalender matahari (kalender masehi), pada tahap tertentu kita akan mengalami dua Ramadhan di tahun yang sama. Kalender matahari dan kalender lunar berjalan secara terpisah satu sama lain. Dalam kalender matahari, tahun baru dimulai setelah bumi melakukan rotasi penuh mengelilingi matahari (12 bulan), dan sementara kalender lunar juga memiliki 12 bulan, masing-masing hanya memiliki 29 atau 30 hari sehingga tahun lebih pendek.
Pada tahun 2030, kita dapat mengharapkan untuk mengalami Ramadhan baik di awal dan akhir tahun yang sama. Selama tahun itu, Ramadhan kemungkinan akan diamati pada 6 Januari, diikuti oleh Idul Fitri pada 5 Februari. Pada akhir tahun, Ramadhan diperkirakan akan jatuh lagi pada 26 Desember, yang berarti total hari puasa pada 2030 akan menjadi 36. Karena kalender Hijriah hanya berisi 354 hari, fenomena itu akan berulang setiap 33 tahun. Terakhir kali ada dua Ramadhan di tahun yang sama adalah 1997. Setelah 2030, kita bisa mengharapkan dua Ramadhan lagi di 2063. Kalender Hijriah sulit diprediksi, dan hanya bisa diputuskan oleh panitia resmi. Kelompok ini terpilih untuk berkumpul dan merekam penampakan bulan untuk menentukan bulan baru. Namun para astronom mampu memprediksi kapan mereka mengira bulan baru akan datang.
Kesimpulannya bahwa untuk membuktikan apakah benar bulan Ramadhan akan terjadi sebanyak dua kali pada tahun 2030 kita perlu memahami bagaimana penentuan perhitungan penanggalan kalender hijriyah dan juga kalender masehi, kemudian mengubungkannya dengan baik.
Daftar Pustaka
https://whatson.ae/2021/04/ramadan-twice-same-year/, diakses 17 November 2021, pukul 14.00 WIB
https://hqosim.blogspot.com/2015/02/kalender-penanggalan-ilmu-falak_74.html?m=1, diakses 17 November 2021, pukul 13.30 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H