Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Bekerja dan Berwisata ke Air Terjun di Desa Temburun Anambas

18 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung di wisata Air Terjun Temburun. Foto: Mediakepri.co

Perlahan saya berjalan sambil menikmati aroma laut dan deburan ombak di kolong jalan seperti jembatan itu. Beberapa rumah dan juga toko masih terlihat sibuk dengan aktivitas sendiri. Orang-orang di terempa, punya minat besar untuk nongkrong di coffee house. Itu terbukti, sepanjang perjalanan saya menuju resto tujuan, beberapa resto dan coffee house tidak lah sepi.

Mungkin, semua orang disini bahagia, siangnya bekerja dan malamnya menghabiskan sedikit waktu baik itu bersama kolega atau family. Anak-anak kecil di resto dan coffee house itu terlihat sedang menikmati keasyikan sendiri. Meskipun di atas laut, semua resto memiliki pagar keliling area restonya. Semua bahan dari kayu, hanya sebagian menggunakan bahan alumunium untuk meja dan kursi resto atau coffee house.

Setelah tiba di resto pondok kayu, saya pesan dua menu pertama. Paling saya suka adalah roti bakar cokelat, sama indomie rebus toping keju. Minumnya saya pilih air mineral dingin dan kopi. Saya masih lanjut makan, padahal makan di desa temburun tadi sudah lumayan banyak. Mungkin, setelah bertemu dengan beberapa tokoh di terempa dan beberapa desa lainnya, dan juga kegiatan sudah kami lewati selama dua hari di terempa bikin saya semakin bersemangat. Waktu kami tinggal satu hari lagi di terempa, karena kami sudah dapat tiket pesawat balik ke batam tanggal 17 april, itu pun nasib baik.

Biasanya, dari keterangan pak ramat. Sudah mau mudik lebaran ini, sudah kosong tiket pesawat, demikian juga kapal. Ada sekitar dua kapal lagi yang jadwalnya ke batam. Satunya jadwal pagi besok tanggal 17 april, satunya lagi sekita 18 april pagi juga. Untuk masuk lebarannya, kapal kemungkinan tidak beroperasi atau bahkan beroperasi setelah lebaran. Malam itu, terasa kepala dan pikiran menyatu kembali dengan raga. Seperti terbebas dari beban kecil, beban cuaca panas, masih harus puasa, dan beberapa agenda lagi yang belum direalisasi. Di pondok kayu, saya tidak peduli lagi dengan chating di grup whatsapp kami bertiga. Menikmati udara dingin malam itu hingga pukul 22.30 wib.

Orang terakhir sebagai pelanggan di resto pondok kayu, untungnya pemilik pondok kayu dan dua orang kerjanya masih beres-beres. Saya pun sedikit lama menikmati kopi dan roti bakar di coffee house atas laut, semakin malam semakin sepi. Terlintas di pikiran saya, seperti apa lagi perjalanan untuk agenda besok ini. Semoga saja semua hal akan lancar sampai kita kembali ke batam. Sambil berpamitan dengan pemilik resto, saya menuju jalan pulang. Suasana jalan di atas laut semakin dingin. Orang-orang sudah berhenti aktivitas. Resto dan Cafe House lainya sudah tidak ada lagi pelanggan.

Sesekali ada sepeda motor yang melintasi jalan di atas laut itu. Saya ditawarkan oleh salah satu pekerja di Resto pondok kayu untuk antar sampai ke hotel, karena sebelumnya saya sudah bilang ke mereka waktu mereka tanya. Mungkin bagi saya sedikit merepotkan mereka kalau antar lagi sampai ke hotel. Tetapi, si pemilik resto itu sangat baik hati. “Sudah bang, diantar saja sama anak-anak saya ke hotel, mumpung ini juga sudah malam” Kata pemilik resto itu.

Saya sangat berterima kasih untuk orang-orang baik seperti mereka. Bagi saya, dunia ini sangat luas. Untuk wilayah anambas sendiri sudah tentu sangat luas, belum juga wilayah lain. Tapi saya pastikan, bahwa luasnya dunia ini, bahkan kamu jarang sekali bertemu dengan orang-orang baik seperti orang-orang di terempa ini. Bangsa melayu, dengan gaya bahasa yang mendayu-dayu, dialek yang khas mencerminkan keramahan adat dan budaya mereka. Tutur katanya sangat santun, mereka sangat lembut dalam berkomunikasi. Pokoknya, orang-orang di terempa ini punya khas ketenangan tersendiri seperti laut dan sejuta makna yang ada di pulau siantan ini.

Setelah tiba di hotel, saya sekali lagi ucapkan terima kasih untuk orang kerja pondok kayu yang antar saya. Langsung menyusuri anak tangga menuju lantai tiga. Di saku celana,  saya segera mengambil handphone dan lihat chatting grup. Ternyata Kak Ikka dan bang Radit sudah dari tadi ribut dan tanya kemana saya pergi. Karena telephone tidak saya terima, chating di grup pun tidak saya respon.

Saya baru balas grup whatsapp ketika berkabar untuk makan sahur, malam kedua di terempa. Kami bertiga masih di tempat sahur yang sama, masih makan nasi goreng dan telor ceplok. Ya, karena hanya itu satu-satunya tempat makan yang masih buka saat waktu sahur. Dengan menu dan rasa yang sama, kami hampir saja terlambat sahur. Malam ke dua itu, ternyata masih juga ramai. Kelar sahur, saya tidak bisa minum kopi lagi seperti malam sebelumnya. Kembali lah kami ke hotel, menunggu besok melanjutkan agenda yang belum kelar.

***

Bagian lainnya yang ingin saya ceritakan tentang beberapa hal, terutama tentang Menu cumi jumbo di Kedai Kopi & Resto PTM (Pondok Tanjung Momong) dan cerita minum kopi di kedai kopi konyok dekat gudang ikan Han, juga tentang Keunggulan Terempa dan Suku laut di Anambas menuju kepunahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun