Dua bulan lalu, pas mau mudik lebaran idul fitri, tepat tanggal 13 april 2023. Pukul 14.30 wib kalau tidak salah, saya tiba di bandara hang nadim batam dari jakarta. Kerja part time, saya dipanggil oleh salah satu teman di batam untuk bantu kerja sosialnya dia di beberapa pulau di provinsi kepulauan riau.
Setelah tiba, dijemput oleh teman saya ke bandara, bergegas kami meluncur ke daerah kepri mall. Kebetulan, saya nginap di rumah salah satu kenalan, sudah seperti abang saya sendiri di daerah sekitar kepri mall itu.
Diperjalanan pas keluar dari bandara hang nadim, cuacanya sangat terik plus pembangunan jalan dari bandara menuju batam kota membuat situasi di jalan sedikit kacau.
Debu-debu diperjalanan tidak dapat terhindarkan. Di sepanjang jalan kami berdua ngobrol tentang prepare kegiatan esok hari. Target pertama, lokasi yang besok harinya kami kunjungi adalah daerah kab kepulauan anambas. Saya pun tanya, seperti apa kepulauan anambas ini. Saya baru saja tahu hal itu, ketika bang Radit teman saya ini memberikan list locus kegiatan yang akan dia buat.
Di list locus itu, Kab tanjung pinang ada di urut dua dari list locus, kata bang Radit, kita lihat dulu perkembangan di anambas bagaimana. Selanjutnya natuna, lingga, tanjung pinang dan kota batam nanti kita prepare lebih baik lagi.
Matahari sudah mulai menuju sore hari, kami hanya butuh berapa puluh menit dari bandara hang nadim ke daerah kepri mall. Setelah tiba, Bang Radit langsung balik arah menuju pelabuhan punggur menjemput salah seorang teman lagi yang akan bergabung dengan kami berdua untuk kerja di anambas.
Namanya kak, Ikka. Dia asli orang tanjung pinang. Rencananya, kami bertiga besok pagi 08.00 wib sudah take off dari bandara hang nadim ke bandara letung (jemaja) di pulau letung Kab Anambas.
Hari pun sudah mulai gelap, beberapa informasi lain yang terkait dengan prepare besok, saya dan bang radi lanjut ngobrol via chatting di whatsapp. Bang Radit pun perkenalkan saya dengan rekan baru dari tanjung pinang ini.
Dibuatlah grup chatting di whatsapp buat kami bertiga. Sebenarnya kegiatan ini masih banyak teman lainnya, kami dipisahkan karena lokasi berbeda menurut keterangan dari bang Radit.
Maklum, hanya kegiatan sosial seperti biasa, kegiatan santunan. Terlepas dari bahasan soal kerja tadi, selama perjalanan dari bandara ke daerah kepri mall. Kami berdua ngobrol banyak hal, termasuk ongkos taksi yang saat itu dianggap bermasalah.
Kalau bang Radit tidak menjemput saya ke bandara, biasanya saya pun selalu naik taksi. Tarifnya sekita 125 ribuan atau bahkan lebih kalau kita tidak protektif. "Masih ada saja beberapa oknum supir taksi yang curangi penumpangnya" Kata bang Radit
Sebelumnya, pernah saya dari bandara hang nadim menggunakan taksi ke pelabuhan punggur (Pelabuhan yang biasa orang mau menyeberang ke tanjung pinang dan lain-lain). Tarif yang harus saya bayar saat itu 130 ribuan.
Entah itu tarif yang wajar saja atau bahkan dicurangi oleh oknum supir taksi, saya pun tidak terlalu permasalahkan hal itu. Terakhir, kaget saja setelah dengar cerita bang radit soal problem taksi online dan taksi bandara beberapa waktu lalu, penumpang di bandara pun harus keluar dan cari taksi atau angkot di luar bandara hang nadim.
Bagusnya, kalau kita punya teman, punya kolega, atau kenalan lain di batam yang bisa jemput kita pas mau berkunjung ke batam. Kita tidak perlu ribet soal ongkos/tarif taksinya.
Sudah sekitar pukul 20.30 wib, chattingan di grup whatsapp semakin panjang. Saya, kak Ikka dan bang Radit bicarakan schedul setelah kami sampai nanti di kab Anambas.
Belum terlintas di pikiran saya, seperti apa Kab Anambas ini. Meskipun saya sudah tahu bahwa provinsi kepulauan riau ini terdiri dari beberapa kabupaten di pulau-pulau yang berbeda.
Isi kepala saya tertuju pada daerah kepulauan, dan sudah tentu bisa membayangkan bagaimana Kab Anambas ini.
Kurang lebih 2 jam kami bahas schedul dan masalah prepare lainnya di grup whatsapp dan tidak terasa sudah pukul 22.00 wib. Kami break sebentar untuk melanjutkan prepare barang masing-masing yang kami bawa besok pagi.
Beberapa lembar pakaian sudah saya siapkan, dua buah kemeja untuk berjaga-jaga jangan sampai ada pertemuan formal. Tiga lembar kaos omblong, satu kaos berkerah dan celana panjang.
Sudah lengkap untuk keperluan pakaian, saya kembali pastikan laptop, hardisck, flasdisck dan juga satu buah terminal cok dengan kabel 1 meter untuk kebutuhan kerja.
Menuju malam, pukul 00.15 wib dikabarkan lagi sama bang Radit, besok di bandara saja kita ngumpul ya !. Isi pesan yang dia kirim di grup whatsapp kami bertiga.
Serentak, saya dan kak Ikka menjawab pesannya dengan kata "Oke" tanda kami setuju. Saya pun mendahului dua orang ini untuk pamit istirahat, padahal sebenarnya saya tidak bisa tidur karena terbiasa begadang. Mereka pun mengiyakan pesan saya, kami istirahat dari aktivitas chatting di grup whatsapp.
Jam 06.00 pagi, bergegas saya dari tempat duduk setelah nonaktifkan power laptop. Dengan segera laptop ditempatkan di dalam tas slingbag yang biasa saya pakai kemana-mana.
Order taksi online, pak kalau boleh sedikit cepat ya pak. Isi pesan saya ke si bapak supir taksi online yang saya order pagi itu. Alamat sama nomor sudah jelas pak, saya tunggu di depan rumah.
Kak Ikka, di chattingan grup berkabar ke kami berdua kalau dia sudah ada di bandara. Ini yang sangat saya senang dengan kolega/team kerja yang sangat menghargai waktu.
Bang Radit dan saya masih sementara di perjalanan. Sambil chatting, sepertinya kita pagi ini ramai juga. Apalagi ini sudah mau mudik lebaran idul fitri. Kata bang Radit
Saat ini, isi kepala saya sudah mendahului pesawat terbang untuk sampai ke pulau letung. Seperti itu lah pikiran saya sebelum berkunjung ke Kab Kepulauan Anambas. Untuk pikirkan hal lain, saya tidak lagi focus.
Pagi itu tidak terlalu ramai, Jumat 14 April 2023. Bandara hang nadim, pasca covid-19 suasananya belum terlalu ramai seperti biasanya. Kami bertiga, bersalaman di area parkir bandara hang nadim. Masih ada waktu sekitar 40 menit lagi, kami manfaatkan untuk ngobrol-ngobrol.
Kami baru bisa take off dari bandara hang nadim pukul 08.00 wib. Dari waktu yang tertera di tiket, kurang lebih penerbangan selama 1 jam lebih. Tiba di bandara Letung Anambas nanti pukul 09.15 wib.
Penerbangan kali ini, entah karena kebijakan atau memang kurang penumpangnya dari batam ke anambas. Kami bertiga dapat tiket dengan harga kurang lebih 1,3. Mungkin karena sudah mau mudik lebaran. Hanya sekitar 20 penumpang, pesawat pun langsung take off.Â
Karena semalam begadang, di pesawat akhirnya saya pun tertidur. Setelah pesawat landing di bandara letung jemaja, buru-buru aktifkan handphone, agar bisa lihat chattingan di grup whatsapp.
Saya bhakan tidak tahu letung seperti apa sebelumnya, sama seperti pulau-pulau lain di anambas. Malam saat masih di batam, saya sempatkan waktu untuk searching tentang anambas. Sekedar untuk menambah kantong pengetahuan di alam pikir sebelum berkunjung ke sana.
Yang saya temukan, ternyata tujuan kita bukan di pulau letung tempat di mana tujuan penerbangan kami, tetapi di pulau Siantan. Dari bandara letung setelah kami turun dari pesawat, kami di jemput oleh salah seorang dengan mobil kijang hitam miliknya.
Belakangan ini, saya baru dapat informasinya . Si abang yang jemput kita di bandara letung itu adeknya kak Ikka. Jadi memang beruntung kami, ada adeknya kak Ikka yang bisa fasilitasi kami dari bandara letung ke pelabuhan penyebrangan di air pasir.
Saya kurang tau juga apa nama pelabuhannya. Hasil dari searching dan baca di om google, pelabuhan itu ada di lokasi air pasir pulau letung. Saya baru tau nama pelabuhan ini di pantai padang melang setelah sampai ke sana.Â
Ini hal luar biasa, bandara letung tidak seperti bandara lainnya. Lokasinya memang lumayan besar, tetapi bangunannya hanya dua atau tiga bangunan. Bagunan utama pun kurang lebih 10x15 atau 10x17 M². Ya, sangat kecil. Tetapi masyarakat di sana sangat beruntung, karena bagaiman pun, bandara adalah salah satu fasilitas transportasi antara provinsi atau kota untuk kemudahan kepentingan umum.
Bangunan berukuran kecil itu berada di tengah lokasi bandara, berdekatan dengan landasan pacu. Kiri kanan hanya ada beberapa bangunan kecil, bagian dari bangunan wilayah bandara letung. Pulau letung ini, secara kasat mata dari yang saya amati, seperti tanah berpasir, atau memang konstruk tanahnya demikian.
Mungkin karena hal ini lah membuat pulau letung sangat lah panas di banding beberapa daerah yang sudah saya kunjungi. Selain itu, bukit-bukit kecil terlihat masih sangat hijau. Ada sawah dan kebun warga. Jalan di letung pun terbilang sudah lumayan bagus, sudah diaspal. Pas di pertengahan perjalanan hanya beberapa menit itu, si abang supir ambil belokan kanan masuk desa padang melang.
Melewati beberapa rumah di tepian pantai, ini termasuk salah satu pantai yang menurut saya sangat indah. Pantai berpasir putih membentang sepanjang pantai melengkung dari ujung ke ujung. Kurang lebih  menurut dugaan saya bisa sampai 10 km atau bahkan lebih panjang pantai berpasir putih ini.
Namanya pantai padang melang, di jemaja pulau letung. Masuk wilayah administrasi Kab Kepulauan Anambas. Pantai ini sungguh indah, ada beberapa korteks/gajebo untuk tempat makan dan bersantai untuk penumpang kapal yang menunggu kapal, atau para wisatawan yang berkunjung ke pantai ini. Pertama saya lihat pantai ini, saya sangat kagum dengan indah pantainya dan air laut yang bersih, pemandangan yang terlalu luar biasa untuk daerah yang jarang sekali orang targetkan sebagai tempat berlibur.
Mungkin, selain letung ini. Masih banyak pulau lain yang lebih indah lagi. Tetapi melihat pantai dengan pasir terpanjang di jemaja pulau letung ini merupakan bukti kalau nusantara ini benar-benar surganya wisata. Mungkin, bukan hanya di pulau letung, tetapi pantai dengan pasir terpanjang di seluruh Provinsi kepulauan Riau.
Tiba di pelabuhan padang melang, tempatnya kapal penyebrangan, saya menyebutnya kapal fery seperti keterangan bang Radit dan Kak Ikka, kapal yang nantinya kita tumpangi menyebrangi beberapa pulau-pulau untuk sampai ke Tarempa (pulau siantan).
Bersama dengan penumpang lain yang juga mau menyeberang ke Tarempa di pulau siantan. Hanya beberapa menit, kapal pun langsung berangkat. Karena semua penumpang yang mereka tunggu hanya dari bandara letung. Perjalanan dari pulau letung ke terempa kurang lebih di tempuh 3-4 jam seingat saya. Kami berangkat 10.20 wib tiba di siantan sekitar pukul 13.40 wib
Karena hari yang terik, dari kaca jendela kapal kecil itu. Pulau letung dan pantai yang indah semakin jelas terlihat. Ada satu orang ibu, di dalam kapal berjualan air kelapa muda. Ini yang bikin saya sedikit bosan dengan suasana hari itu. Bukan hanya teriknya panas matahari, atau takut naik kapal. Keadaan kami bertiga hari itu masih puasa bersama dengan penumpang kapal lainnya. Si ibu penjual air kelapa muda ini sebelum kapal berangkat. Ibu ini menawarkan jualannya ke penumpang kapal.
"Air kelapa, air kelapa muda dingin bagi yang belum puasa" teriak si ibu penjual
Sontak kami bertiga saling tatap, dan selanjutnya ketawa. Karena si ibu, sambil menyodorkan air kelapa dingin itu ke depan saya. Menggiurkan sekali, si ibu sepertinya tahu bahwa kala bumi dilanda kemarau, orang-orang dan semua mahluk butuh air untuk bertahan hidup, termasuk saya.
Tapi kali ini tidak bu, asumsi ibu sangat salah. Hari ini saya dan sejumlah orang di kapal ini masih berpuasa. Iman saya sedikit goyah ketika ditawarkan jualan itu. Saya hanya tertawa sambil geleng kepala dan bilang ke si ibu, maaf bu, saya masih puasa.
Semakin jauh kapal bertolak dari jembatan di bibir pantai padang melang. Kiri dan kanan masih terlihat menyatu beberapa pulau di kab anambas ini. Air laut yang begitu biru, pantulan warna langit dan awan. Perahu-perahu kecil nelayan lokal di pulau letung terlihat melaju di melepas pantai pulau letung.
Kapal melaju membelah laut biru, pulau terlihat letung semakin jauh. Karena kami bertiga masih puasa. Di kapal, sudah menuju siang hari, saya memilih tidur sebentar agar sampai terempa tidak terlalu lelah. satu atau dua jam terlewati, ketika terbangun. Saya melihat beberapa pulau kecil yang kami lewati.Â
Pulau-pulau ini kemungkinan tidak berpenghuni, seperti tidak ada tanda kehidupan manusia di situ. Namanya pulau telaga, di depannya masih ada pulau Siantan kecil. Begitu indahnya pemandangan samudera yang luas. Pulau-pulau tanpa penghuni itu dapat di lihat dengan jelas dari jendela kapal dekat tempat saya duduk.
Pukul 13.40 wib kapal pun tiba di pulau siantan. Pelabuhan terempa sudah ramai, biasanya orang-orang akan menjemput penumpang kapal. Saya masih terdiam, mematung di jok kapal dekat jendela sambil melihat di sisi lain pelabuhan. Rumah khas daerah tepi laut, dengan tiang dari batang pohon yang di panjang ke dasar laut.
Rumah itu berjejeran, ada perahu-perahu nelayan, beberapa kapal fery dengan ukuran hampir sama berjejeran di pelabuhan itu. Saya belum tahu seperti apa pulau siantan (kota terempa) ini, sepertinya aktivitasnya lumayan lancar, ini hanya dugaan saya. Jalan untuk keluar pelabuhan ke jalan utama hanya sekita 2 meter lebih. Entah itu jalan utama pelabuhannya, atau hanya jalan alternatifnya.
Kami turun dari kapal, di jemput oleh satu orang, kenalannya bang Radit. Ternyata si bapak ini sudah dapat tempat nginap kami. Hotel tapi sekelas penginapan. Ya, untuk ukuran seminggu dengan harga 225-350 ribuan, lumayan lah. Namanya Penginapan/Hotel Terempa Beach. Menyusuri jalan sempit itu, kiri kanan ada beberapa tempat jual pakaian dan kelengkapan lain semi pasar. Setelah sampai di jalan utama, kami menggunakan sepeda motor ke Hotel terempa beach.
Beberapa kamar di terempa beach ini berhadapan dengan laut dan pelabuhan terempa. Saya tidak beruntung karena tidak mendapatkan kamar dengan view menghadap ke pantai langsung. Di dekat terempa beach ini ada beberapa resto di atas laut, menu seafood terdekat bisa kami dapat di resto terdekat ini.
Dari segi bangunan fisiknya, terempa beach hotel ini sepertinya bangunan lama. Hanya beberapa pembaruan ruangan, ada room meeting kalo tidak salah. Hanya saja, tangga untuk naik ke lantai dua sedikit sempit. Ada minuman dingin juga tersedia di kulkas dekat tempat kasir. Ini di siapkan jika ada kebutuhan minum saat warung-warung sudah tutup di malam hari.
Jarak dari pelabuhan ke tempat nginap kurang lebih 100 meter, sangat dekat dengan laut. Yang bikin saya kaget pertama lihat terempa, jalan di dekat pelabuhan ini ternyata ada dua. Satunya jalan lama, dan jalan yang baru, kata masyarakat di sana. Jalan yang baru itu di bikin oleh Bapak Bupati anambas.
Jalan layang, semacam jembatan memanjang dengan tiang kakinya ke dasar laut,  dua jalan ini membentang dari  depan RS terempa menuju ke daerah masjid raya atau batu tompak tige. Dua-duanya difungsikan semua untuk pengguna jalan. Sangat indah, karena berkendara melewati jalan ini view nya begitu mempesona.
Batu tompak tige menurut bahasa melayu artinya batu bersusun tiga, itu saya baru tau setelah tanya ke rakan saya Kak Ikka. Bagusnya, kak ikka ini orang melayu asli, jadi saya banyak bertanya tentang bahasa dan beberapa hal khas melayu ketika saya tidak tahu. Batu tompak tige ini menurut saya, sangat bagus spotnya untuk kamu yang mau berswa foto saat pertama kali berkunjung ke terempa.
Luar biasa Terempa, di pulau Siantan kab anambas. Belum sampai sehari, baru saja berapa jam sudah di bikin terpesona dengan alamnya. Di dekat batu tompak tige, beberapa puluh meter lagi, kita bisa lihat masjid agung baitul makmur terempa yang tamannya sangat luas dengan view pantai juga. Tak jarang, banyak orang berkunjung ke sana baik untuk sholat atau sekedar menikmati pemandangan laut di depan kota terempa.
Berjarak dari masjid agung terempa ini sekitar 150 meter, masih di dekat laut. Ada spot wisata yang juga sama bagusnya. Namanya batu lepe. Dari bahasa melayu artinya batu batu datar. Saya tidak tahu ukuran batu ini, tetapi sangat besar, kurang lebih 30-40 diameternya. Di tangga turunnya, di berikan mural ikan kakatua, khas kepulauan anambas.
Sore itu, udara dan angin laut pelan-pelan menyapa, saya sangat menikmati bau khas dari laut, air yang bening. Rumah-rumah khas laut yang di jadikan resto memanjakan mata di sepanjang tepian pantai terempa. Ruangnya terbuka, berada di atas laut dan dekat dengan batuan-batuan di tepi tebing. Hanya kamu dapatkan ketika berkunjung ke daerah kepulauan seperti anambas dan pulau-pulau lainnya.
Rumah-rumah sebagi warung makan dan tempat nongkrong semi (coffee house) ini berada di atas laut sepanjang jalan terempa yang kurang lebih 800 meter itu, ada yang menjual makanan khas laut. Ada juga tempat kopi, minuman jus dan lainnya. Masyarakat di Tarempa, memanfaatkan jalan sebagai tempat berswa foto dan lihat matahari yang mulai terbenam.
Sore itu, kami menyusuri jalan terempa diatas laut. Di satu tempat (makan), menunya lengkap. Resto Sari Laut seingat saya. Tapi sore itu karena perjalanan dari batam ke letung, lanjut ke terempa membuat saya kehilangan gairah makan. Di beberapa tempat (Coffee House) yang kami kunjungi, ternyata sudah full. Hal ini karena banyak orang masih mengadakan buka puasa bersama.
Buka puasa sore itu, saya hanya memilih menu es jeruk dan pisang goreng, plus es kopi untuk hilangkan dahaga dan rasa penasaran karena masih teringat es air kelapa muda waktu di letung tadi pagi. Kurang lebih 18.04 wib, saya, kak ikka, bang Radit dan Pak Ramat (kenalan bang Radit) ini, kami buka puasa bersama sambil menikmati senja pelan-pelan tenggelam menuju malam hari. Kami menghabiskan kurang lebih dua jam untuk santai dan ngobrol-ngobrol sambil melepas lelah di Coffee house atas laut itu.
***
Selama 4 hari di Terempa, kab anambas (Pulau siantan). Semua kerja kami lancar, kami juga sempatkan berkunjung ke beberapa tempat wisata terbaik di terempa. Salah satunya, Air terjun di desa temburun.
... Cerita selanjutnya rencana ditulis lagi di bagian yang berbeda. Tentang minum kopi di kedai kopi konyok resto dan makan cumi jumbo di PTM (Pondok Tanjung Momong). Salah satu Kedai Kopi di wilayah bagian barat Terempa. Tunggu cerita selanjutnya.
Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H