Efek dari kurangnya kontak mata antara lawan bicara membuat komunikasi tidak lagi efektif. Begitu juga dengan gerakan tubuh lainnya, seperti gerakan kaki, melipat tangan atau duduk pada posisi yang tidak tepat berhadapan dengan pemberi informasi.
Orang yang menerima pesan disebut komunikan, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Antara komunikator dan komunikan harus mampu membaca serta menganalisis bahasa tubuh masing-masih, agar pesan yang mereka terima atau sampaikan bisa efektif.
Di keseharian kita, terkadang kita memanfaatkan waktu luang untuk melakukan pertemuan ulang ketika tidak ada solusi untuk menyelesaikan suatu pesan di hari yang sama.
Solusi lain untuk membuat setiap komunikasi antara (komunikator dan komunikan) menjadi efektif adalah saling menghargai dan tidak saling memaksa. Sebab pesan komunikasi biasanya merupakan gagasan-gagasan, ide, atau kritikan dll dll dll.
Dalam sebuah komunikasi, kita tidak bisa memaksakan lawan bicara untuk memahami dalam waktu secepatnya, apalagi lawan bicara kita adalah orang asing yang pertama kali kita jumpai.
Melihat beberapa teknik dalam berbagai literatur, komunikasi memiliki cara-caranya, memiliki tekniknya sebagai sebuah prinsip dasar dan tujuan dari komunikasi itu sendiri.
Teknik komunikasi di tinggkat pertama adalah motivasi. Gaya bahasa motivasi yang digunakan dalam berkomunikasi telah terbukti sangat besar perannya dalam suksesnya komunikasi.
Motivasi menjadi teknik komunikasi tinggkat pertama karena sifatnya memberikan dorongan positif pada lawan bicara. Memberikan penghargaan serta rasa hormat sebelum memulai lebih jauh tentang isi dari pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
Di tingkat kedua, hemat saya. Tingkat teknik komunikasi kedua diisi oleh cara berbicara yang efektif atau jelas. Menyampaikan isi informasi secara sistematis diuraikan satu persatu, tidak berbelit-belit.
Biasanya, teknik ini sering digunakan oleh orang atau si penyampai pesan di organisasi struktural. Misalkan bos dengan anak buahnya, atasan dengan bawahannya, atau pemimpin dengan prajuritnya.
Artinya, teknik komunikasi kedua ini tidak membutuhkan pembicaraan panjang, tidak terlalu singkat, tetapi sarat makna. Hal tersebut, bertujuan agar kita sebagai penyampai informasi atau pesan dapat menyesuaikan tingkat kejenuhan lawan bicara .