Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Medsos dan Empati Generasi yang Telah Mati (Seri I)

15 April 2021   09:56 Diperbarui: 15 April 2021   11:10 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikdokter.com

"Jika empati punya peran penting dalam hubungan antara sesama manusia maka rasa sosial merupakan kunci keutamaan untuk kehidupan dalam suatu lingkungan"

Di tahun 2021, memasuki awal baru, babak baru yang menggiring mansuia pada masifnya perkembangan tekhnologi. Berbagai cara dan upaya merupakan inovasi terbaru bagaimana menyulap sebuah pekerjaan yang dilakukan manusia akan dilakukan sepenuhnya oleh tekhnologi, begitulah isyarat zaman membawa kita jauh lebih dalam di perkembangan IT.

Sebelumnya, sekitar  2015 lalu semua dari kita mengenal istilah Revolusi Industri 4.0 dengan tanda jejaring dunia maya dalam segala aspek kehidupan . Manfaatnya pun sangat beragam, keputusan-keputusan tepat oleh sorang pemimpin dapat diambil melalui dunia maya, selain itu banyak juga sih kebutuhan lainnya yang di dapat dari jejaring maya ini.

Anak-anak sekolah tidak lagi tatap muka alias daring, kantor-kantor dan banyak perusahaan juga sama. Melakukan pekerjaan hanya dengan jaringan internet via (live video) dll dll. Hal semacam ini merupakan manfaat mudahnya menggunakan internet dimusim pandemi corona-19. Mungkin bagi penulis, penggunaan internet ini merupaka sebuah keniscayaan untuk semua manusia, kita di masa sekarang ini atau generasi di masa mendatang.

Internet menjadi sebuah wadah pengumpul data, penggunanya sangat masif. Kita sebut saja bank data untuk berbagai kebutuhan manusia, internet sudah sebagai bagian dari jiwa, kehidupan bahkan nafas manusia. Semua hal, bisa di lakukan disini, meski pada sisi yang lain terdapat banyak kegunaan dalam berbagai hal negatif dan dapat menelan korban jiwa dan lain sebagainya. Gegitulah internet menghidangkan kita beragam hal yang kita mau.

Sadar atau tidak, diakui atau tidak, internet dengan kecepatan dan kecangihan ini diterima di semua kalangan, sebab dapat menghubungkan seseorang yang satu dengan lainnya meskipun mereka berada di tempat berbeda dan sangat berjauhan. Manfaat ini mungkin semua dari kita sudah mengetahuinya dan tentunya sangat luar biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menggunakan internet untuk melakukan kontak komunikasi juga kontak interaksi via vedeo call dll. Di dunia nyata, aktivitas seperti ini sangat kecil potensinya dilakukan. Di mana pun, kalian pasti melihat sesorang atau beberapa orang diantara kita sangat sibuk memainkan gedget mereka sampai lupa kalau disekitar mereka ada orang lain. Inilah kerumitan eferk dari kecanggihan zaman seakarang

Hal ini terlalu jauh contoh realitasnya dalam kehidupan sehari-hari, kita mabil contoh lainnya. Di caffee kamu bersama beberapa teman habiskan kurang lebih satu jam untuk minum kopi sebagaimana tujuan awal saat pesan ajakan itu disampaikan oleh salah seorang teman "Ngopi yuk!"

Ajak ngopi, dalam isi kepala saya sebagai generasi 80an adalah nongkrong di coffee shop habiskan beberapa jam membicarakan banyak hal, berbagi pengalam dan lain sebagainya. Ternyata, "ngopi yuk" untuk generasi sekarang hanyalah sebuah kata ajakan biasa tidak memiliki makna yang begitu mendalam. Ketika generasi sekarang ajak ngopi dan habiskan satu jam di coffee shop, tapi yang mereka lakukan adalah main gedged selama 40 menit dan ngobrol 20 menit, ini taksiran kasar saya. Sebagian orang lagi mungkin memiliki waktu ngobrol hanya 5-10 menit. Hal ini menyimpulkan bahwa interaksi dan komunikasi sosial telah mati.

Tetapi, hal semacam ini di zaman yang canggih, di katakan sangat normal. Ya, tentu sangat normal menerut beberapa orang, dan sangat tidak normal menurut beberapa orang lainnya dan itu wajar tanpa perlu di perdebatakan. Karena penerimaan internet adalah sebuah keharusan dengan menerima juga segala bentuk resikonya.

Siapa sih yang tidak kenal internet?

Kalau di bilang belum 50% orang di bumi ini mengenal internet adalah hal mustahil. Dihimpun dari  Data Boks Data We Are Social dan Hootsuite mencatat penduduk bumi yang telah terkoneksi dengan internet pada 2018 mencapai empat miliar dibanding posisi 2014 baru mencapai 2,4 miliar orang. Angka tersebut menunjukkan tingkat penetrasi internet telah mencapai 52,96% dari total populasi dunia yang mencapai 7,59 miliar jiwa. Pada 2014, penetrasi internet global baru mencapai 35% dari total populasi

Meningkatnya teknologi komunikasi dan informasi seiring meluasnya jangkauan jaringan serta murahnya harga gawai menjadi pendorong meningkatnya pengguna perangkat bergerak (mobile) dan media sosial global. Pengguna perangkat mobile pada 2018 mengalami pertumbuhan 67,63% menjadi 5,14 miliar dibandin posisi 2015 baru mencapai 3,65 miliar. Demikian pula pengguna media sosial pada tahun mencapai 3,2 miliar akun yang berarti tumbuh 42,1% dari posisi 2014 sebanyak 1,86 miliar akun

Sebagai generasi 80an, saya beranggapan bahwa karena kita bukan generasi baby boomers, bukan juga generasi X tetapi generasi Y dan Z yang hidup di masa generasi Alpha, penuh dengan perkembangan IT.  Individu-individu dapat terhubungkan dengan internet. Sekarang ini, internet sangat mudah di temukan dibanyak tempat. Di kantor, perusahaan, mobil sebagai transportasi publik menyediakan free internet, bandara dan banyak tempat publik lainnya. Tujuannya semata mempermudah orang-orang untuk melakukan komunikasi dan transaksi.

Hidup dizaman Alpha, penerimaan internet sama halnya menerima banyak kemungkinan. Terutama kemungkinan yang paling berpotensi menurut hemat saya adalah dunia usaha/bisnis. Kemungkinan keduanya, internet adalah hal baru dengan beragam keterampilan untuk dengan masif melancarkan suatu tujuan masing-masing individu

Di zaman ini juga, kita di perhadapkan dengan kedua hal yang mungkin kalau tidak jeli memperhatikan, tidak membacanya dengan teliti, kita tidak akan menemukan dan menyadari bahwa hal itu benar-benar terjadi. Dua hal yang paling sering terjadi adalah tentang informasi. Menurut hemat saya, orang-orang lebih percaya atau suka kepada informasi yang sifatnya interaktif ketimbang informasi searah, mungkin bagi mereka sangat-sangatlah membosankan.

Bagaimana membedakan hal itu?

Dalam kehidupan kita, dapat kita melihat perbedaan orang yang menyukai informasi interaktif dan informasi searah ini dengan kedua media yang disitu juga merupakan kehadiran pembaharuan yang terkeren dll dll. Banyak dari kita yang memilih menggunakan handphone genggam/gedget ketimbang nonton tv, katanya tidak punya waktu atau ribet dan lainnya. Hal ini sudah jelas membuktikan bahwa kita lebih suka informasi interaktif dengan memilih menggunakan handphone ketimbang berita/informasi dari media tv. Hal ini wajar sih, anggap saja normal menurut pandangan kita.

Kalian sudah tentu dengar istilah "dunia ada digenggaman tangan" hal ini yang membedakan mana generasi lama dan mana generasi baru. Belum lagi pada masalah aktif di media sosial merupakan dampak dari masifnya internet zaman sekarang, diantara kita tentunya tidak hanya punya satu akun media sosial kan? Pastinya lebih dari satu, baik itu facebook, instagram, whatsapp dll.

Yang membedakan generasi lama dengan baru dalam sisi yang lain adalah perkara penggunaan medsos. Terutama akses media internet ini, generasi dulu dengan masih kurang atau sedikit kaku menggunakan internet tapi sangat suka membaca, dan ini sangat digemari generasi dahulu saja bukan generasi generasi afla. Sebagai Generasi 80an disebut generasi milenial  merupakan bagian dari generasi baru, saya pikir ini bukan hal yang salah menerima perkembangan tekhnologi sebagaimana generasi-generasi Z dan alfa ini.

Sebelumnya diatas sudah saya sampaikan bahwa pemilihan akses informasi interaktif dan searah merupakan pembeda generasi yang menggunakan internet secara konvensional atau tidak. Mungkin generasi baru lebih konvensional ke ihwal berbisnis, sedangkan generasi lama lebih sukan membaca banyak hal secara konvensional di media internet terutama handphone genggam atau menonton bertita di tv

Disinilah, permulaan empati generasi baru mulai hilang ditelan masifnya penggunaan internet untuk melakukan berbagai upaya komunikasi dan interaksi. Generasi lama, ketika melihat berita tentang bencana, orang miskin atau tidak mampu, dengan sangat serius membaca berita itu hingga menarik kesimpulan sendiri dan kadang mengadili diri bahwa mengapa mereka tidak bisa membantu dll membuktikan kuatnya empati genrasi.

Generasi yang baru berbeda lagi, melihat time line ada berita tentang kaum miskin, orang susah atau hal terkait yang mengorek jiwa sosial mereka, mereka tidak terlalu respon bahkan tidak merespon sama sekali. Mereka lebih memilih hal instan dan menghibur mereka. Kepekaan, empati dan rasa sosial generasi baru mulai terkikis pelan-pelan, perlahan hingga sebagai dari generasi ini sangat jijik membaca sesuatu apalagi yang ada kaitannya dengan empati.

Saya sendiri lahir di tahun 80an atau sering dikenal dengan generasi Y, artinnya masih merasakan didikan dari generasi sebelumnya yakni generasi X. Kita semua tentu sudah tahu, bagaimana generasi X ini lebih menyukai kerja ganda. Selain kerja di tempat kerja tetap dan secara formal, mereka banyak yang memilih kerja di luar sebagai pebisnis/pengusaha.

Meskipun generasi X ini tidak sama seperti generasi sebulumnya Baby Boomers yang sangat gila dengan kerja, tetapi setidaknya generasi X memberikan didikan yang luar biasa kepada generasi Y.

Lahir di tahun 80an, hidup di zaman milenial atau generasi Y ini adalah masa saya. memasuki kehidupan generasi Z dan Alpha adalah masa transisi kehidupan yang luar biasa sangat jauh terasa. Dari genrasi Y ke generasi Alpha. Meskipun milenial (generasi Y) sudah bertemu dengan tekhnologi tetapi belum secanggih dua generasi setelahnya yang membuat millenial masih sangat kuat kepekaan dan rasa sosial yang tinggi terhadap banyak hal dalam kehidupan mereka.

Beberapa generasi Y (80an) mungkin juga cenderung kurang loyal terhadap sesuatu, atau terhadap atasan dalam dunia kerja meskipun generasi ini sudah mengenal teknologi. Generasi 80an atau milenial ini adalah generasi yang mudah bosan menurut hemat saya, tetapi mengikuti jejak generasi sebelumnya (generasi X) yang semangat kerjanya sangat tinggi. Bedanya dengan generasi baru sekarang (generasi Z), semangat kerja secara formal lebih rendah ketimbang mereka harus kerja bebas free lance atau menjadi wirausaha, mendadak viral dan berkecimpun di miliarder internetan. Begitulah kita hidup dan harus menerima semua suguhan trend termodern di masa genrasi Alpha

Dibilang generasi tua tidak masif tapi efektif dalam dunia kerja, tidak mampu melakukan eksplorasi rutin dan cepat seperti generasi baru ( generasi Z dan termasuk Generasi Aplha) karena kurangnya kemampuan menggunakan internet. Hal ini nyata dikehidupan sehari-hari, bahasa sederhana ketinggalan zaman. Meskipun begitu generasi milenial ini ketinggalan, tetapi mereka tahu bahwa dampak penggunaan internet ini tidak dapat di hindarkan oleh generasi baru, kedua benerasi terakhir ini.

Kita lihat zaman sekarang, generasi baru yang sangat pintar dan bisa mengeksplorasi dunia internet menjadikan mereka terkenal, cepat kaya meskipun belum ada pekerjaan tetap. Tetapi, hal itu beriringan dengan banyak problem yang melilih hidup mereka. Ancaman-ancaman serta menipisnya moral dan etika tidak dapat dihindarkan, sex bebas dikomersialkan dalam banyak wujud mendorong generasi baru terjun dengan bebas dan bergelut didalamnya, dan banyak persoalan termasuk tidak memiliki empati terhadap sosial.

Kalau mengatakan bahwa generasi 80an atau milenial lebih menyukai hal instan, hal itu tidak lebih parah dengan generasi baru (Z dan Alpha) yang menyukai hal yang lebih instan sehingga membuat mereka kehilangan respons terhadap sesuatu yang sifatnya benar. Bagaimana tidak, generasi baru hampir saja tidak bisa bedakan mana itu informasi bohong dan mana informasi sebenarnya karena tidak suka membaca secara konvensional seperti generasi 80an dan generasi sebelumnya.

Baca Artikel Lanjutannya di  Seri II

Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun