Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Medsos dan Empati Generasi yang Telah Mati (Seri I)

15 April 2021   09:56 Diperbarui: 15 April 2021   11:10 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi yang baru berbeda lagi, melihat time line ada berita tentang kaum miskin, orang susah atau hal terkait yang mengorek jiwa sosial mereka, mereka tidak terlalu respon bahkan tidak merespon sama sekali. Mereka lebih memilih hal instan dan menghibur mereka. Kepekaan, empati dan rasa sosial generasi baru mulai terkikis pelan-pelan, perlahan hingga sebagai dari generasi ini sangat jijik membaca sesuatu apalagi yang ada kaitannya dengan empati.

Saya sendiri lahir di tahun 80an atau sering dikenal dengan generasi Y, artinnya masih merasakan didikan dari generasi sebelumnya yakni generasi X. Kita semua tentu sudah tahu, bagaimana generasi X ini lebih menyukai kerja ganda. Selain kerja di tempat kerja tetap dan secara formal, mereka banyak yang memilih kerja di luar sebagai pebisnis/pengusaha.

Meskipun generasi X ini tidak sama seperti generasi sebulumnya Baby Boomers yang sangat gila dengan kerja, tetapi setidaknya generasi X memberikan didikan yang luar biasa kepada generasi Y.

Lahir di tahun 80an, hidup di zaman milenial atau generasi Y ini adalah masa saya. memasuki kehidupan generasi Z dan Alpha adalah masa transisi kehidupan yang luar biasa sangat jauh terasa. Dari genrasi Y ke generasi Alpha. Meskipun milenial (generasi Y) sudah bertemu dengan tekhnologi tetapi belum secanggih dua generasi setelahnya yang membuat millenial masih sangat kuat kepekaan dan rasa sosial yang tinggi terhadap banyak hal dalam kehidupan mereka.

Beberapa generasi Y (80an) mungkin juga cenderung kurang loyal terhadap sesuatu, atau terhadap atasan dalam dunia kerja meskipun generasi ini sudah mengenal teknologi. Generasi 80an atau milenial ini adalah generasi yang mudah bosan menurut hemat saya, tetapi mengikuti jejak generasi sebelumnya (generasi X) yang semangat kerjanya sangat tinggi. Bedanya dengan generasi baru sekarang (generasi Z), semangat kerja secara formal lebih rendah ketimbang mereka harus kerja bebas free lance atau menjadi wirausaha, mendadak viral dan berkecimpun di miliarder internetan. Begitulah kita hidup dan harus menerima semua suguhan trend termodern di masa genrasi Alpha

Dibilang generasi tua tidak masif tapi efektif dalam dunia kerja, tidak mampu melakukan eksplorasi rutin dan cepat seperti generasi baru ( generasi Z dan termasuk Generasi Aplha) karena kurangnya kemampuan menggunakan internet. Hal ini nyata dikehidupan sehari-hari, bahasa sederhana ketinggalan zaman. Meskipun begitu generasi milenial ini ketinggalan, tetapi mereka tahu bahwa dampak penggunaan internet ini tidak dapat di hindarkan oleh generasi baru, kedua benerasi terakhir ini.

Kita lihat zaman sekarang, generasi baru yang sangat pintar dan bisa mengeksplorasi dunia internet menjadikan mereka terkenal, cepat kaya meskipun belum ada pekerjaan tetap. Tetapi, hal itu beriringan dengan banyak problem yang melilih hidup mereka. Ancaman-ancaman serta menipisnya moral dan etika tidak dapat dihindarkan, sex bebas dikomersialkan dalam banyak wujud mendorong generasi baru terjun dengan bebas dan bergelut didalamnya, dan banyak persoalan termasuk tidak memiliki empati terhadap sosial.

Kalau mengatakan bahwa generasi 80an atau milenial lebih menyukai hal instan, hal itu tidak lebih parah dengan generasi baru (Z dan Alpha) yang menyukai hal yang lebih instan sehingga membuat mereka kehilangan respons terhadap sesuatu yang sifatnya benar. Bagaimana tidak, generasi baru hampir saja tidak bisa bedakan mana itu informasi bohong dan mana informasi sebenarnya karena tidak suka membaca secara konvensional seperti generasi 80an dan generasi sebelumnya.

Baca Artikel Lanjutannya di  Seri II

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun