Dari artikel yang sama, Menurut Edwards dkk (dalam Josep & Linley, 2004) harapan mencerminkan persepsi individu terkait kapasitas mereka untuk mengkonseptualisasikan tujuan secara jelas, mengembangkan strategi spesifik untuk mencapai tujuan tersebut (pathways thinking), menginisiasi dan mempertahankan motivasi untuk menggunakan strategi tersebut (agency thinking).
Dari defenisi diatas, penulis menyimpulkan harapan adalah dasar dari sesorang percaya pada sesuatu, atau yakin akan sesuatuyang didapat kan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu depan. Hal ini berkaitan dengan masa depan. Ini lah mengapa manusia ketika gagal dalam suatu tujuan, mereka selalu pustus asa dan hampir tidak mau berharap lagi.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita melihat banyak orang yang ditimpa masalah, mereka dengan cepat merasa putus asa dan kehilangan harapan. Maksud penulis, harapan manusia tergantung kekuatan dari sesuatu yang dia harapkan itu, jika dia sangat kuat meyakini bahwa harapan itu ada, meskipun gagal menggapainya pun dia akan tetap memiliki harapannya.
Harapan ditentukan berdasarkan keinginan dan kemauan sesorang, hal ini leboh ke wawasan atau cara berpikir manusia. Jika cara berpikir manusia sangat luas, maka sesuatu yang dia harapkan pun sangat begitu besar, bukan berarti dia tidak memiliki harapan yang kecil. Bahkan sebaliknya jika manusia memiliki wawasan atau cara berpikir sempit, dia akan berharap sedikit hal yang penulis sebut sebagai porsi, jadi harapan memiliki porsi bagi setiap manusia dalam menentukan suatu tujuan, terutama tujuan hidupnya.
Sedangkan Nurani, menurut KBBI berkaitan dengan berkenaan dengan atau sifat cahaya (sinar dan sebagainya) atau lubuk hati yang paling dalam. Nurani berasal dari kata nur, yang berarti cahaya. Nurani merupakan sesuatu yang bersifat cahaya dan menerangi. Dalam beberapa artikel, menurut ahli tasawuf, manusia terdiri dari akal, hati, nurani, syahwat dan hawa nafsu.
Secara teori, Nurani di bagi beberapa bagian dan penulis tidak akan menjelaskan disini. Nurani merupakan sesuatu yang tidak dapat digambarkan, karena berkaitan dengan suatu nilai tertentu didalam hati. Nurani dalam hati sesorang akan terlihat dari moral dirinya, atau dari perilaku dirinya. Begitulah perilaku sesorang tidak bisa digambarkan dengan apapun, sebab perilaku sesorang hanya dapat kita lihat ketika dia melakukan suatu tindakan di lingkungan sosial.
Nurani menurut hemat penulis adalah kompas bagi diri sesorang, penentu tujuan dari moral yang dia aplikasikan dalam semua hal. Jadi kalau nuraninya luas, dia akan melakukan atau menentukan sesuatu dengan luas dan bijak. Begitupun sebaliknya.
Oleh sebab itulah, manusia dituntut Nurani harus agar dirinya tidak dipandu oleh prinsip-prinsip yang tidak benar. Nurani seorang manusia yang luas tidak akan mengarahkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang salah atau sesat. Makna nurani lebih dekat kepada hati, sehingga terkenal dengan istilah hati nurani. Sifatnya sangat ruhaniah dan mengajak manusia agar berperilaku baik, membantunya mengatakan mana yang benar dan mana yang salah
Kembali ke tema, "Luasnya Nurani Menentukan Porsi dari Harapan" yang penulis maksudkan adalah sesorang dengan luasnya Nurani dalam hatinya yang kita kenal sebagai hati Nurani akan menentukan seberapa besar harapan-karapan yang dia iginkan.
Nurani kita, maksud penulis. Â Pada hakikatnya tidak pernah berbeda dengan nurani orang lain karena manusia adalah mahluk sosial yang sama. Artinya, kalau orang lain merasa iba melihat sesuatu yang menggoyahkan hatinya, kita juga akan merasakan hal sama. Karena peran Nurani berlaku sama dalam hati manusia.
Kita pernah dalam kehidupan kita telah melakukan sesuatu hal yang membuat orang lain merasa senang, begitulah sesungguhnya sifat kita. Hati kita, moral kita. Ketika membantu seseorang keluar dari masalah dengan tujuan baik, peran aktif luasnya Nurani dalam hati kita menjadi kompas agar kita mendapatkan harapan seperti yang kita harapkan, kebahagiaan, senyum dan lain-lain yang kita lihat dari orang yang sudah kita bentu. Rasa syukur dari hati dengan keadaan demikian menggambarkan moral baik dalam diri kita.