Satu kutipan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai adat dan budaya" adalah bentuk jalan kehidupan dan menjadi ruh NKRI sebagai bangsa yang besar. Kekayaan ini menjadi nilai besar yang tidak dapat di tandingi dengan bentuk apapun, nilai-nilai dasar keharmonisan menggetarkan isi kepala setiap negara.
Tidore, menuju usia 1003 tahun, di 2021 ini masih melupakan sekelumit sejarah tentang perempuan-perempuan hebat, putri-putri terbaik Tidore yang memberikan kontribusi terbesar kembalinya Papua Barat ke pangkuan NKRI.
Sejarah Lisan Kampung Tua
Sejarah lisan yang di tuturkan oleh tetua dan tokoh adat yang ada di desa bobo perkampungan tua Tongaru dan Toma Soho menjadi dasar penulis untuk menulis sekelumit sejarah yang bisa jadi terlupakan atau sengaja dilupakan oleh Kesultanan Tidore dan juga pemerintah Tidore. Yang saat ini seakan mendiamkan atau sengaja tidak terbuka tentang sejarah para perempuan terbaik, putri-putri pengalung bunga di leher Sukarno saat kedatangan pertama Soekarno di Tidore.
Tete jaja 80 thn , sapaan Akrab tokoh adat di perkampungan tua Toma Soho yang pada saat ini adalah bagian dari pada peradaban warga bobo. Sebelumnya menjadi bagian dari wilayah tahisa Toloa.
Wawancara/interview dilakukan di perkampungan tua kurang lebih empat jam, hari minggu 25/10 /2020. Dirinya menceritakan banyak hal. Terkait sejarah warga bobo, perjuangan-perjuangan, klan-klan dll, salah satu diantara cerita beliau adalah Perempuan terbaik yang mengalung bunga di leher Soekarno.
Menurut beliau, informasi konsolidasi Irian Barat terakhir ini baru di ketahui dirinya. Tapi pada saat itu kurang lebih tahun 1950an ada perintah Sultan Zainal Abidin Syah untuk mencari orang-orang keturunan asli Tidore yang ciri fisiknya sama dengan orang papua demi kepentingan kembalinya Irian Barat ke NKRI.
Menurut keterangan lisan lainnya lainnya, tahun 1960an lah Sultan Zainal Abdin Syah sering berkunjung ke perkampungan Tua Tongaru dan Toma Soho. Sultan Zainal Mengunjungi keluarganya dan menurut ketarangan dari salah satu anak laki-laki perempuan pengalung  bunga (Biji Negara) " Seringnya sultan Zainal Abidin Syah mengunjungi perkampungan tua karena akan dibangun sekolah di desa/perkampungan tua. Hai inilah menjadi awal pemicu/konflik karena ketersinggungan masayarakat Toloa atas rencana dibangunnya sekolah tersebut di Desa Tongaru.
Keterangan yang lain enggan di ceritakan dan menjadi rahasia hampir sebagian besar tokoh adat di kelurahan bobo. Untuk bagian sejarah tentang kunjungan Sultan Zainal ke Tongaru dan Toma Soho perkampungan tua nanti saya rangkum di satu bagian lain yang terpisah.
Di kampung tua ini memiliki banyak bekas bangunan rumah tinggal, ada yang masih kokoh, ada yang sudah tidak bisa dijangkau mata disebabkan oleh tidak adanya perawatan. Tak lupa pula, sekarang lagi terkenal kain kayangan (Puta Dino) yang di temukan kembali oleh seorang perempuan, untuk hidupkan kembali tenun tidore yang hilang selama ratusan tahun ini menjadi nilai plus tersendiri untuk sederet sejarah tidore yang mulai nampak ke permukaan public.
Di kampung tua (toma soho dan tongaru) dan generasi sebelumnya menyimpan hal ini sebagai rahasia, alat tenun (puta dino) yang lagi trend sekarang ini, di kampung tua ini kami mengetahui alat tenun dan kain tenun Puta Dino dari setiap lapisan generasi sebelum kelurahan bobo menjadi kelurahan devinitiv