Mohon tunggu...
Hairatunnisa
Hairatunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Penikmat literasi dan fiksi dan kini tertarik pada isu wilayah dan kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Telisik Nilai Intrinsik Keanekaragaman Hayati dalam Karya Rita Widagdo

10 Oktober 2021   17:52 Diperbarui: 12 Oktober 2021   19:06 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan yang tinggi di hutan hujan tropis terhadap cahaya matahari terutama di lantai hutan, menyebabkan tumbuhan liana memiliki struktur unik agar dapat terus merambat ke atas untuk mendapatkan cahaya. 

Sehingga, tentu saja banyak orang yang kemudian penasaran dan takjub ketika pertama kali melihatnya! Tak terkecuali Ibu Rita Widagdo yang baru menjumpai tumbuhan ‘aneh’ tersebut di Indonesia!

Sumber: https://www.britannica.com/plant/liana
Sumber: https://www.britannica.com/plant/liana

Sumber: orangutanprotection.com
Sumber: orangutanprotection.com

Fakta bahwa keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memberikan sumber inspirasi tidak terbatas bagi lahirnya karya seni seperti karya Rita Widagdo menyadarkan saya bahwa keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik yang tidak dapat terukur (intangible) dengan nilai uang. 

Saya kembali teringat bagaimana dahulu dosen saya menjelaskan bahwa dalam menilai manfaat total sumber daya alam, terdapat komponen manfaat nilai penggunaan dan juga nilai intrinsik. Nilai penggunaan tersebut meliputi nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, dan nilai pilihan. Sementara nilai intrinsik tersebut tidak langsung dapat terlihat atau dirasakan, yang meliputi nilai keberadaan dan nilai warisan/kebanggaan. 

Akan tetapi seringkali kita menilai sumber daya alam hanya dari nilai gunanya yang dapat diukur secara ekonomi, sementara nilai intrinsik tersebut seringkali terlupa. 

Barangkali juga dikarenakan nilai intrinsik tersebut masih sulit untuk diukur karena metode pengukurannya yang masih terbatas. Selain itu juga, bukankah secara naluri seringkali kita hanya menilai sesuatu secara lahiriah? Sementara itu melakukan penilaian terhadap nilai-nilai intrinsik yang dapat diketahui secara bathiniah memang lebih sulit dilakukan.

Alhasil keberadaan kawasan hutan yang merupakan rumah berbagai tumbuhan dan satwa umumnya hanya dinilai dari nilai gunanya sebagai penghasil kayu sehingga menyebabkannya ‘undervalued’ dan terjadilah deforestasi dan degradasi kawasan hutan dimana-mana secara masif. 

Padahal dalam petak kawasan hutan tersebut terdapat beragam manfaat selain kayu, seperti penghasil oksigen, pengatur iklim, penyerap karbon, serta juga tersimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang menjadi inspirasi yang tidak ternilai harganya secara materi.

Fenomena semakin menurunnya keanekaragaman hayati di Indonesia akan menjadi kerugian besar bagi kita karena selain hal tersebut menyebabkan kita tidak lagi dapat merasakan nilai gunanya, kita juga akan kehilangan nilai intrinsik atas keberadaannya serta nilai warisan bagi generasi mendatang dan nilai kebanggaan atas anugrah tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun