Mohon tunggu...
Hairatunnisa
Hairatunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Penikmat literasi dan fiksi dan kini tertarik pada isu wilayah dan kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Telisik Nilai Intrinsik Keanekaragaman Hayati dalam Karya Rita Widagdo

10 Oktober 2021   17:52 Diperbarui: 12 Oktober 2021   19:06 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu petikan wawancara, Ibu Rita juga pernah mengungkapkan, “I am mostly inspired by nature – plants, flowing water, and the like!” Kali ini saya kembali takjub karena justru sumber yang menjadi inspirasi beliau adalah objek-objek yang sangat dekat dengan kita. Siapa sangka tumbuhan yang biasa kita lihat sehari-hari menjadi sumber inspirasi karya seni yang bernilai tinggi. Bahkan karya-karya beliau juga dibuat menjadi monumen-monumen di berbagai daerah di Indonesia.

Monumen Karya Rita Widagdo (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)
Monumen Karya Rita Widagdo (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Keanekaragaman hayati serta keindahan alam yang dimiliki Indonesia memberikan inspirasi yang tidak bertepi. 

Oleh Sang Pencipta, Indonesia dianugerahi dengan iklim tropis yang menyebabkan sepanjang tahun wilayah Indonesia mendapat pancaran cahaya matahari yang cukup sehingga tumbuhan selalu hijau sepanjang tahun. 

Berbeda dengan negara subtropis tempat kelahiran Bu Rita Widagdo yang setiap musimnya mendapat pancaran matahari yang berbeda, di musim gugur dan musim salju tumbuhan akan kesulitan hidup dan kemudian menggugurkan daunnya. 

Di Indonesia terdapat hutan hujan tropis dimana berbagai habitus (bentuk) tumbuhan dapat ditemukan mulai dari bentuk herba, perdu, pohon, epifit, hingga liana yang menghiasi beragram strata mulai dari strata lantai hutan hingga strata kanopi. 

Selain itu berbagai tumbuhan berdaun lebar juga banyak ditemukan pada wilayah beriklim tropis. Hal ini sungguh berbeda dengan keadaan di negara subtropis dimana tidak banyak variasi habitus tumbuhan yang dapat ditemukan serta umumnya tumbuhan yang ada berupa herba atau pohon yang berdaun kecil.

Dari karya-karya Bu Rita Widagdo yang umumnya memiliki bentuk bidang yang lebar serta terlihat meliuk dan melengkung tersebut, saya dapat melihat bahwa tumbuhan-tumbuhan tropis dengan ciri berdaun lebar serta memiliki habitus liana sepertinya adalah objek yang sedang beliau gambarkan melalui karya seninya. 

Tumbuhan liana adalah tanaman berkayu yang memiliki akar di tanah serta hidup merambat yang dapat ditemukan di hutan hujan tropis seperti di Indonesia atau di hutan hujan tropis lainnya dimana cahaya matahari selalu ada sepanjang tahun. 

Tidak hanya Bu Rita Widagdo yang dibuat takjub, kenyataan bahwa tumbuhan ini berkayu dan dapat merambat membuat decak kagum dan pertanyaan diantara para ilmuwan di Barat. Kayu diketahui sebagai material yang stiff dan rigid, sehingga bagaimana bisa ada tumbuhan berkayu yang merambat, bahkan ke atas? 

Di dalam suatu tajuk di The New York Times berjudul “How Woody Vines Do The Twists?”, beberapa ilmuwan berusaha mencari tahu jawaban atas pertanyaan tersebut dengan meneliti struktur kayu tumbuhan liana. Liana adalah tumbuhan penting yang membedakan struktur hutan hujan tropis di negara beriklim tropis dan hutan temperata di negara subtropis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun