Mohon tunggu...
Haikal Khalilullah
Haikal Khalilullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengembara Ilmu

Ilmu tak mencari manusia namun manusialah yang mencari ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pepatah dan Peribahasa Aceh

28 Juni 2021   20:55 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:13 4204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keunikan yang terdapat di wilayah Aceh tidak hanya soal budayanya saja, tetapi kehidupan sosialnya juga sangat menarik untuk di cermati. 

Masyarakat Aceh mengenal pepatah yang turun temurun di sampaikan oleh leluhur mereka, pepatah atau peribahasa ini dikenal dengan sebutan hadih maja pengajaran. Menurut Souck Hurgronje dalam buku “Aceh Di Mata  Kolonialis jilid II” pada bagian kesustraan, ia menyebutkan bahwa hadih maja dipertahankan melalui tutur para orang tua, khususnya kaum perempuan sebagai penutur utamanya, diajarkan kepada anak-anak sebagai sarana pendidikan. Sehingga sering kualitas bahasa seorang anak di Aceh saat itu ditentukan oleh kecerdasan verbal ibunya.

Hadih maja adalah perkataan, peribahasa atau pepatah dalam bahasa Aceh yang digunakan sebagai nasehat, sindiran, perumpamaan dan lainnya. 

Di masa lalu, barang siapa yang menguasai serta memiliki banyak pembendaharaan hadih maja akan menjadi tokoh yang populer dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana masyarakat di belahan dunia lainnya, terdapat fenomena jika ada dalam satu kelompok seseorang yang mampu menguasai banyak kosa kata, maka orang tersebut akan lebih di hormati dan didengarkan.

Dewasa ini, penggunaan bahasa daerah telah mulai menurun, ini merupakan fenomena yang berlaku umum di seluruh Indonesia. Kalangan muda - mudi saat berkomunikasi dengan bahasa daerahnya kerap muncul anggapan bahwa itu adalah hal yang ketinggalan zaman, hal ini sangat dikhawatirkan jika terus merambah luas, maka budaya asli yang telah diwarisi turun temurun oleh nenek moyang akan hilang. 

Sebagai pengingat agar kita tidak sepenuhnya lupa akan kebijaksanaan para leluhur Aceh, maka saya menulis tulisan ini dengan harapan agar generasi yang akan datang yang kemungkinan sudah kurang memahami bahasa ibunya, sedikit banyaknya akan dapat memahami cara orang Aceh mengkomunikasikan alam pikirannya dalam bentuk pepatah peribahasa.

Berikut ini adalah beberapa peribahasa dan pepatah atau nasehat yang terkenal di masyarakat Aceh, baik itu tentang perintah, larangan, sindiran, harapan dan lain sebagainya.

  • Memilih Sahabat

“Bak ie raya bek tatheun ampeh
Bak ie tarek bek tatheun bubee
Bek tameurakan ngon si paleh
Hareuta abeh, geutanyoe malee”

Artinya :

“Pada aliran air bah jangan dipasang jarring
Pada air deras jangan dipasang bubu
Jangan bersahabat dengan orang jahat
Harta habis, kita mendapat malu”

Ulasan :

Dalam memilih sahabat, janganlah sembarangan. Pilihlah teman yang baik-baik. Jika berteman dengan orang nakal, kita pun ikut nakal karena terbawa-bawa. Berteman dengan orang baik-baik dapat memberi pelajaran yang baik bagi kita.
Kata orang bijak, kalau kita berkawan dengan penjual minyak wangi, setidaknya kita akan kecipratan dan ikut berbau wangi. Apalagi kalau bergaul dengan ulama, sedikitnya keulamaannya akan kecipratan kepada kita.

  • Usaha dan Rezeki

“Tapak jak
Urat menari
Meuna tajak
Na raseuki”

Artinya :

“Kaki melangkah
Urat menari
Kalau ada usaha
Tentu ada rezeki”

Ulasan :

Ungkapan ini menggambarkan bahwa orang yang rajin akan mendapatkan rezeki. Hal ini juga ditujukan untuk mendorong orang agar tidak hanya berpangku tangan untuk mendapatkan sesuatu. Ia harus bekerja seperti digambarkan dengan kata-kata “Kaki melangkah urat menari”. Berdo’a saja tidaklah cukup. Berusaha dan berdo’a barulah lengkap.

  • Musyawarah

“Menyo na mupakat
Lampoh jeurat tapeugala”

Artinya :

“Kalau sudah sepakat
Tanah kuburan pun dapat digadaikan”

Ulasan :

Tanah  kuburan, yang merupakan tanah umum, tidak pernah digadaikan orang. Apalagi, mustahil ada orang mau mengambil gadai karena tanah ini tidak difungsikan sebagai fungsi ekonomi. Dalam peribahasa di atas digambarkan bahwa hal yang hamper mustahil sekalipun, kalau sudah disepakati bersama dalam musyawarah, hal tersebut dapat saja dijalankan.
Di sini jelas bahwa fungsi musyawarah dan hasil musyawarah dalam bentuk mufakat atau solusi sangat berperan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

  • Taat perintah guru

“Taek u gle tajak koh kayee
Tinggai peureudee teumpat luek meukuw’a
Meu han tapateh amanat guree
Dudoe meuteumee apui nuraka”

Artinya :

“Naik ke bukit memotong kayu
Tinggal pangkalnya untuk tempat perkutut bernyanyi
Kalau tidak patuh pada amanah guru
Di khirat nanti mendapat api neraka”

Ulasan :

Yang menjadi inti peribahasa tersebut ada di dua baris terakhir, yaitu kepatuhan atau percaya kepada amanat guru, yang jika tidak, maka di akhirat akan mendapat siksa api neraka. 

Guru atau lebih luas lagi adalah ulama merupakan pewaris nabi yang membawa risalah agama serta tuntunan hidup untuk berbuat baik dan menjauhi larangan-Nya. kalau seseorang ingkar terhadap ajaran atau amanah ulama, orang tersebut berarti ingkar terhadap ajaran Rasulullah dan ajaran Allah. Konsekuensinya adalah masuk neraka.

  • Hutang dan Pinjaman

“Ngui, pulang
Utang, bayeu”

Artinya :

“Kalau meminjam, kembalikan
Kalau berutang, bayar”

Ulasan :

Dalam ajaran islam utang adalah wajib dibayar. Kalau tidak dibayar akan dibawa mati. Ada orang yang bangkrut di akhirat nanti karena amal baiknya digunakan untuk membayar utang, bahkan ada yang tidak mencukupi. 

Oleh karena itu, dalam falsafah hidup masyarakat dikembangkan peribahasa ini agar semua orang ingat akan hal ini. Barang atau benda yang statusnya pinjam pakai harus dikembalikan. Kalau yang bersangkutan tidak sempat mengembalikannya atau melunaskannya jika itu berupa utang, tanggung jawab ini sangat berat tidak boleh diabaikan.

Sumber rujukan : H.Amir Husin, Pepatah dan Peribahasa Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun