Mohon tunggu...
Haikal Akmal Ajikontea
Haikal Akmal Ajikontea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Sedang menempuh pendidikan Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dahsyatnya Bahasa untuk Menggerakan Kekuasaan dan Menempuh Jalur Surga

29 Oktober 2023   02:24 Diperbarui: 29 Oktober 2023   10:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tutur bahasa yang lembut dan santun meluncur dari bibir Rasulullah SAW menjadi jalan adas masuk Islam.  Tempat pertemuan Addas dan Rasulullah di thaif dibangun masjid monumental bernama Masjid Addas.

Kisah Adas yang memeluk Islam setelah mendengar bahasa lembut dan adab tinggi dari Rasulullah adalah contoh nyata betapa bahasa memiliki daya tarik yang luar biasa. Rasulullah, dengan tutur katanya yang santun dan lembut, berhasil membuka hati Adas yang pada awalnya bukan seorang Muslim. Rasulullah menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan membawa pesan agama kepada orang lain. Bahasa yang digunakan dengan baik, penuh kesopanan, dan kelembutan dapat menembus hati dan membuka pikiran.

Refleksi Maulid Nabi dan Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda, yang diperingati pada tanggal 28 Oktober, adalah salah satu tonggak sejarah penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Pada saat itu, Indonesia adalah kumpulan pulau-pulau dengan beragam suku, budaya, dan bahasa. Tanpa bahasa persatuan, kemungkinan terjadinya konflik dan kesulitan dalam berkomunikasi adalah sangat besar. Sumpah Pemuda menjadi titik balik dalam upaya menciptakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa resmi negara. Hal ini tidak hanya mempermudah komunikasi, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan identitas nasional. Hari ini, ketika kita merayakan Sumpah Pemuda dan mengenang  Maulid Nabi, seharusnya kita juga sudah merenungkan betapa bahasa memiliki peran sentral dalam membentuk peradaban dan identitas kita. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan nilai-nilai, agama, dan budaya kita. Bahasa adalah sarana untuk memahami satu sama lain dan untuk merajut persatuan dalam keragaman. 

Maulid Nabi adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, seorang utusan Allah yang membawa ajaran Islam kepada umat manusia. Bahasa yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam adalah bahasa yang lembut, santun, dan penuh kasih sayang. Nabi Muhammad mengajarkan umatnya untuk berbicara dengan baik, menghormati orang lain, dan menjauhi kata-kata kasar atau menghina. Hal ini menggarisbawahi pentingnya bahasa dalam agama Islam dan mengajarkan kepada kita untuk berkomunikasi dengan adab yang tinggi. Sumpah Pemuda, di sisi lain, adalah momentum penting dalam sejarah Indonesia yang menandai kesadaran akan pentingnya bahasa persatuan. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, menjadi alat komunikasi yang menghubungkan berbagai suku dan budaya di seluruh nusantara. Bahasa ini adalah simbol persatuan dan kemerdekaan, serta menjadi fondasi identitas nasional kita. Sumpah Pemuda mengajarkan kita bahwa bahasa adalah alat untuk merajut persatuan, dan bahasa Indonesia adalah lambang kebangsaan kita. 

Dalam peringatan Maulid Nabi dan Sumpah Pemuda, kita seharusnya sudah mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya bahasa yang baik, lembut, dan santun dalam berkomunikasi. Bahasa adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama, nilai-nilai kebaikan, dan untuk membawa persatuan dalam keragaman. Bahasa adalah sarana untuk merajut persatuan dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia. Dalam konteks saat ini, di mana teknologi informasi dan media sosial memainkan peran besar dalam berkomunikasi, kita harus lebih waspada terhadap dampak dari bahasa yang kasar, penghinaan, dan provokasi. Bahasa yang digunakan dalam ruang publik sangat mempengaruhi suasana sosial dan politik. Kita perlu berpikir dua kali sebelum menggunakan bahasa yang menghina atau merendahkan orang lain, karena kata-kata dapat menyakiti dan memecah belah. 

Dalam mengenang Maulid Nabi dan Sumpah Pemuda, kita juga harus menyadari bahwa sejarah kita adalah bagian dari identitas kita. Kita tidak boleh melupakan sejarah kita, baik yang penuh kejayaan maupun yang penuh perjuangan. Sejarah adalah cerminan dari perjuangan, kebijaksanaan, dan identitas kita sebagai bangsa. Sejarah mengajarkan kita tentang nilai-nilai yang kita pegang dan tentang bagaimana kita ingin membentuk masa depan kita. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meneruskan semangat Sumpah Pemuda. Kami harus menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, menghormati budaya dan bahasa daerah, dan terus berkomunikasi dengan bahasa yang lembut dan santun. Dalam mengenang Maulid Nabi, kita harus mengikuti teladan Nabi Muhammad dalam berbicara dengan baik dan penuh kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun