Saya bilang, “Ke Enggano utk naik TJ.”
“Hayolah sekalian jalan,” katanya.
Sambil jalan kami ngobrol. Dia tanya lagi, “Plg kemana?”
“Ke sunter,'” jawab saya.
“Ya, sdh, dianter aja. Gak usah naik TJ,” katanya.
“Ya oke aja. Sdh malam juga,” jawabku.
Kepikiran, ini ojek asli. Bebas aja kami ngobrol ngalor ngidul.
Sampai di tujuan, saya mau bayar. Dia kagak mau dibayar. Ganti uang bensin? Kaga mau. Malah mau kabur dia. “Ikhlas Bang. Cuma nolong sesama relawan, sebagai ibadah.”
Asli. Saya nggak percaya masih ada yang seperti ini di masyarakat akar rumput. Masih ada kebaikan untuk orang yang bahkan tidak dikenalnya.
Saya belajar dari bapak itu, yang kenal nama saja tidak, karena saya pikir dia tukang ojek. Sampai lupa tanya namanya, saking terkejut atas kebaikannya kepada orang yang tidak dikenalnya.
Hari ini saya belajar satu hal lagi, tinggal cari cara bagaimana untuk mengasihi musuh? Ini yang saya blom ketemu caranya secara pribadi.