Mohon tunggu...
Haihai Bengcu
Haihai Bengcu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya seorang Tionghoa Kristen yang mencoba untuk melakukan sebanyak mungkin hal benar. Saling MENULIS agar tidak saling MENISTA. Saling MEMAKI namun tidak saling MEMBENCI. Saling MENGISI agar semua BERISI. Saling MEMBINA agar sama-sama BIJAKSANA.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kudeta Mei 98?

25 Mei 2016   14:28 Diperbarui: 25 Mei 2016   14:54 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktanya gagasan Amin Rais memprovokasi mahasiswa untuk melakukan Demonstrasi Sejuta Umat di Monas tanggal 20 Mei 1998 sejak awal tidak ada peminatnya. Tidak ada satu LSM maupun kelompok mahasiswa pun yang mendukungnya. Itu berarti satu-satunya orang yang mau  “unjuk rasa sejuta umat di Monas” cuman Amin Rais.

Itu juga berarti satu-satunya orang yang berhasil dicegah oleh Prabowo dan Kivlan Zen untuk “unjuk rasa sejuta umat di Monas” cuman Amin Rais.

Karena faktnya memang demikian maka, tindakan pasukan Kostrad mengamankan Istana dan Monas dari unjuk rasa sejuta umat pimpinan Amien Rais adalah pertunjukan lenong tanpa penonton. Kenapa demikian? Karena faktanya Amien Rais bukan pemimpin reformasi. Meskipun berlagak pemimpin reformasi namun faktanya Amien Rais tidak punya masa yang diajak demonstrasi ke Monas. Bahkan dia dibenci dan dihina oleh mahiswa waktu mencoba memimpin mereka di gedung MPR.

Sesungguhnya, siapa yang mengancam keamanan dan keselamatan nasional pada tanggal 20 Mei 1998? Tentu saja Danjen Kopassus dan Pangkostrad yang membangkang perintah Panglima ABRI Wiranto. Tindakan keduanya disebut MAKAR alias KUDETA. Kenapa demikian?

Kenapa Wiranto tidak pernah mengakui dirinya dikudeta oleh Danjen Kopassus dan Pangkostrad pada Mei 1998? Saya tidak tahu! Karena menganggapnya AIB bagi ABRI dan dirinya sendiri itu sebabnya Wiranto menyebutnya “masalah konsolidasi”? Saya tidak tahu. Namun kita tahu, Pangkostrad dan Danjen Kopassus memang makar saat itu. Dan kita juga tahu ABRI menganut doktrin pertentangan di dalam ABRI tidak boleh diketahui umum?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun