12. 15 September 1997. Ujungpandang. Benny Karre, seorang Tionghoa sakit jiwa membacok seorang anak non Tionghoa. Kerusuhan pun meledak di mana toko-toko Tionghoa dibakar dan dihancurkan serta dijarah.
13. 5-8 Mei 1998. Medan, Belawan, Pulo Brayan, Lubuk Pakam, Perbaungan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Tanjung Morawa, Pantai Labu, Galang, Pagar Merbau, Beringin, Batang Kuis, Percut Sei Tuan. Sekelompok orang memprovokasi para demontran anti Soeharto dan masyarakat untuk melakukan huru-hara anti Tionghoa.
14. 14 Mei 1998. Jakarta dan Solo. Sekelompok orang-orang terlatih mengumpulkan masa lalu melakukan pembakaran dan mereriakan slogan anti Cina untuk memprovokasi masa melakukan penjarahan dan penyerangan atas orang Tionghoa. Di beberapa tempat juga terjadi pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan Tionghoa.
Kerabatku sekalian, apa yang terjadi ketika sebuah toko terbakar? Aneh bin ajaib! Kebanyakan orang Indonesia termasuk di dalamnya orang Tionghoa menganggap toko yang terbakar adalah harta tak bertuan itu sebabnya siapa saja berhak menjarahnya.
Apa yang terjadi ketika copet tertangkap? Dia digebukin beramai-ramai. Kebanyakan orang Indonesia suka main hakim sendiri bahkan bangga main hakim sendiri.
Bonek adalah nama suporter kesebelasan Persebaya Surabaya. Bonek bukan satu-satunya suporter yang suka melakukan perusakan dan penjarahan. Bahkan para penonton musik pun senang merusak dan menjarah. Bagi mereka, merusak dan menjarah tidak jahat namun asyik. Kebanyakan orang Indonesia suka merusak dan menjarah.
Berapa banyak unjuk rasa mahasiswa yang berakhir bentrok dengan polisi karena mereka merusak dan mambakar? Banyak! Bagi kebanyakan mahasiswa merusak dan membakar bukan anarkis namun berapi-api. Kebanyakan orang Indonesia suka merusak dan membakar.
Kerabatku sekalian, modus operandi ke 14 kasus yang disebut kerusuhan anti cina di atas selalu sama. Di antara kumpulan masa ada yang memprovokasi dengan melempari sambil meneriakan slogan-slogan kebencian. Setelah terjadi kerusakan pasti ada yang berteriak, “BAKAR!” Maka terjadilah pembakaran. Ketika melihat toko-toko terbakar masyarakat yang semula menonton pun merasa berhak untuk MENJARAH. Tarjadilah perusakan dan pembakaran serta penjarahan toko-toko dan rumah orang Tionghoa.
Kenapa hanya rumah dan toko-toko orang Tionghoa yang dirusak dan dibakar serta dijarah? Karena orang-orang non Tionghoa keluar sambil mengacung-acungkan parang sementara orang Tionghoa bersembunyi atau lari menyelamatkan diri.
Jaya Suprana Menyebar Racun
Di Indonesia tidak ada PENINDASAN Cina. Pernyataan Jaya Suprana, “kini memang tidak ada lagi PENINDASAN terhadap kaum keturunan Tionghoa” adalah pembohongan publik.