Mohon tunggu...
Haifa Nabila
Haifa Nabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas muhammadiyah prof.dr. hamka

Nerrorist!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Postmodernisme di Era Digital (Media Sosial)

10 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 10 Juli 2023   08:02 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Saat ini kita telah sampai di era postmodernisme dan era budaya maya, setelah melewati era milenium. Pada era ini media sosial telah berperan sebagai pemaknaan bersosialisasi dan membentuk relasi dalam masyarakat modern. Kita dapat melihat media sosial mengambil alih peran sosial di dunia nyata. Peran media berubah seketika menjadi pendidik dan berperan dalam memberikan solusi didalam dunia realitas yang tidak terbatas.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa anak muda  hidup sendiri dan pada akhirnya menjadi korban  era digital. Mudahnya akses ke informasi terbaru karena keasyikan orang tua  dengan peran sosialitanya. Anak-anak dan remaja pun turut serta dalam peran ini, memasuki dunia maya masyarakat yang sangat ganas, menakutkan dan menyesatkan. Mereka mencampur dan meninggalkan komentar yang hanya tipuan dan kebohongan. Terperangkap dalam dunia nyata yang diciptakan dunia maya, mereka terbiasa berbohong, mengarang cerita, dan berpura-pura jauh  dari kenyataan.

Media sosial adalah alat untuk menciptakan dunia di mana tidak ada perbedaan antara "kehidupan palsu" dan "kehidupan nyata" dan di mana kebenaran dianggap sebagai kebenaran mutlak. Bagi masyarakat dalam bangsa dan kelompok dalam bangsa, dikhawatirkan kualitas berpikirnya akan menurun. Perilaku generasi milenial dipengaruhi oleh maraknya layanan komunikasi global dan kehidupan buatan manusia, dan menarik untuk dianalisis dengan menggunakan teori postmodern.

Kierkegaard (2010) menggambarkan masyarakat modern sebagai jaringan hubungan, di mana individu dibebaskan ke dalam abstraksi yang disebut "publik".

Postmodernisme adalah gerakan gagasan yang menggantikan gagasan kontemporer (Leahy, 1985:2710). Menurut Emmanuel, postmodernisme adalah upaya holistik yang bertujuan untuk memikirkan kembali paradigma kontemporer secara menyeluruh. (Emanuel, 206:93). Sebaliknya, menurut Ghazzali dan Effendi, postmodernisme mengubah apa yang sebelumnya tidak terkendali. (Ghazali dan Effendi, 2009: 16).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa postmodernisme adalah suatu gagasan baru yang menolak atau menerima pemajuan gagasan-gagasan yang telah ada melalui teori-teori pemikiran sebelumnya. Artinya, modernisme gagal, dan berupaya mengkritisi modernisme yang tujuannya dianggap sebagai pemusnahan manusia. Bertanggung jawab dengan bermartabat. Transfer pengetahuan dari pemikiran modern ke pemikiran baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.

Sedangkan, Jika berbicara mengenai postmodernisme tidak terlepas dari modernisme.

Modernisme adalah gerakan seni dan budaya  abad ke-20 yang ditandai dengan perubahan revolusioner dalam pemikiran, gaya, teknologi, dan pandangan hidup.  Modernisme mengajarkan konsep baru  keindahan dan penelitian dalam bentuk seni  inovatif dan eksperimental,  menekankan seni dan keberanian untuk menghasilkan karya yang berani dan menantang.

Modernisme memiliki pengaruh  luas di berbagai bidang seni, arsitektur, sastra, musik, dan sinema. Konsep modernisme mengajarkan inovasi dan pembaruan kreativitas dan produksi budaya.  Modernisme mencoba menghilangkan unsur seni tradisional dan kuno  dan menggantinya dengan bentuk seni baru yang lebih mengharukan, lebih spontan, lebih revolusioner.  Gerakan ini sering dipadukan dengan potret diri yang lebih kuat yang mencerminkan perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang  terjadi di dunia saat ini. Namun modernisme juga dikritik karena mengasingkan dan mengabaikan nilai-nilai sosial seperti kelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Namun, gerakan ini terus berlanjut hingga saat ini dengan perubahan-perubahan yang terus dilakukan untuk menjawab tantangan zaman.

Media sosial dapat menciptakan citra pada masyarakat yang melihatnya.

Seperti selalu ingin terlihat up to date atau tidak mau ketinggalan zaman atau fomo.

Selain itu, mereka juga terkooptasi dalam siklus hidup konsumtif karena lebih memilih "gaya" daripada "konten". Ini menunjukkan bagaimana kelompok dan kelas dibentuk sesuai dengan gaya dan apa yang mereka gambarkan tentang simbol mereka.

  • Tetap berkomunikasi dengan kolega dan teman
  • Era digital telah menjadikan media sosial  seperti Facebook dan Twitter sebagai pusat kehidupan kita. Ini memudahkan  untuk menemukan teman lama, menyapa, dan bahkan bertemu langsung, biasanya disebut reuni.

  • Disaat bersamaan, teman lama dapat menemukan kita
  • Di sisi lain, beberapa teman lama kita mungkin sedang mencari kontak kita. Nah, media sosial berperan dalam hal ini. Mereka dapat dengan mudah menemukan kita melalui media sosial. Cukup masukkan nama lengkap atau  depan seseorang untuk mendapatkan kontak akun  media sosial mereka. Jika kami menemukan lebih dari satu dengan nama yang sama, kami dapat memeriksanya satu per satu untuk melihat apakah gambar profil yang diposting cocok dengan wajah kami.

  • Menemukan kandidat untuk pekerjaan

Berkat media sosial, kami tidak lagi dipaksa untuk memposting lowongan pekerjaan di koran dan majalah. Semua dapat dipanggil di "jari" Anda dan Anda dapat memilih dari berbagai lowongan pekerjaan dari berbagai perekrut. Melalui dua platform ini, LinkedIn dan Jobstreet misalnya, kami dapat memilih kandidat berkualitas tinggi yang sesuai dengan budaya kerja kami.

Media massa atau media sosial dapat menghubungkan satu sama lain kapan pun dan di mana pun. Mereka tidak memikirkan waktu dan jarak budaya. Sangat penting untuk menyadari dan membuka mata bahwa kalau kita berada di dunia materialis, menyerap ideologi dan produksi kapitalis. Kita ingin terlihat kaya, hidup berkecukupan, baik hati, bermoral tinggi dll.

Semua budaya virtual ini menjadi industri yang memaksa dunia maya untuk menghalalkan segala cara yang diperlukan untuk menjadi populer, eksis, terdepan, dan  manusia paling dermawan yang masih hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun