Mohon tunggu...
Haifa Nabila
Haifa Nabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas muhammadiyah prof.dr. hamka

Nerrorist!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Postmodernisme di Era Digital (Media Sosial)

10 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 10 Juli 2023   08:02 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Selain itu, mereka juga terkooptasi dalam siklus hidup konsumtif karena lebih memilih "gaya" daripada "konten". Ini menunjukkan bagaimana kelompok dan kelas dibentuk sesuai dengan gaya dan apa yang mereka gambarkan tentang simbol mereka.

  • Tetap berkomunikasi dengan kolega dan teman
  • Era digital telah menjadikan media sosial  seperti Facebook dan Twitter sebagai pusat kehidupan kita. Ini memudahkan  untuk menemukan teman lama, menyapa, dan bahkan bertemu langsung, biasanya disebut reuni.

  • Disaat bersamaan, teman lama dapat menemukan kita
  • Di sisi lain, beberapa teman lama kita mungkin sedang mencari kontak kita. Nah, media sosial berperan dalam hal ini. Mereka dapat dengan mudah menemukan kita melalui media sosial. Cukup masukkan nama lengkap atau  depan seseorang untuk mendapatkan kontak akun  media sosial mereka. Jika kami menemukan lebih dari satu dengan nama yang sama, kami dapat memeriksanya satu per satu untuk melihat apakah gambar profil yang diposting cocok dengan wajah kami.

  • Menemukan kandidat untuk pekerjaan

Berkat media sosial, kami tidak lagi dipaksa untuk memposting lowongan pekerjaan di koran dan majalah. Semua dapat dipanggil di "jari" Anda dan Anda dapat memilih dari berbagai lowongan pekerjaan dari berbagai perekrut. Melalui dua platform ini, LinkedIn dan Jobstreet misalnya, kami dapat memilih kandidat berkualitas tinggi yang sesuai dengan budaya kerja kami.

Media massa atau media sosial dapat menghubungkan satu sama lain kapan pun dan di mana pun. Mereka tidak memikirkan waktu dan jarak budaya. Sangat penting untuk menyadari dan membuka mata bahwa kalau kita berada di dunia materialis, menyerap ideologi dan produksi kapitalis. Kita ingin terlihat kaya, hidup berkecukupan, baik hati, bermoral tinggi dll.

Semua budaya virtual ini menjadi industri yang memaksa dunia maya untuk menghalalkan segala cara yang diperlukan untuk menjadi populer, eksis, terdepan, dan  manusia paling dermawan yang masih hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun