Akar dan asal gerakan Neo Sufisme atau tasawuf baru bisa dilacak pada pemi- kiran ulama klasik, seperti terlihat pada corak tasawuf Juraid al-Bagdadi, al- Muhasibi, al-Qusyairi, dan al-Ghazali. Namun, corak tasawuf Ibn Taymiyyah dan Ibn al-Qayyim al-Jawziyah yang bermazhab Hanbali sangat mewarnai gerakan Neo Sufisme. Spirit yang menjiwai Neo Sufisme adalah tajdid, yakni pembaharuan, pemurnian, dan reformasi tasawuf dari unsur-unsur bidah yang berasal dari luar Islam. Tujuan Neo Sufisme adalah memurnikan tasawuf, baik konsep maupun amaliah agar tasawuf sejalan dengan Al-Qur'an dan sunah Nabi. Neo Sufisme, menurut Nurcholish Madjid, merupakan se- buah esoterisme atau penghayatan keagamaan batin yang menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan. Sesekali me- nyingkirkan diri (uzlah) mungkin ada baiknya, tetapi hal itu harus dilakukan untuk menyegarkan kembali wawasan dan gerakan pemurnian tasawuf di- mulai sejak ada indikasi pemisahan tasawuf dari syariat.
Gerakan ini dirintis Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dengan memadukan fikih dengan tasawuf. Beliau merupakan seorang ahli fikih mejtahid, imam mazhab yang berpengetahuan luas, dan juga seorang su Beliau berpendapat, "Siapa yang mengamalkan tasawuf tanpa dilandas pemahaman fikih, maka sungguh ia telah menyimpang." Menurut Imam Malik, ilmu itu bukan karena menguasai banyak sumber rujukan (al. riwayah), akan tetapi berdasarkan nür yang disimpan oleh Allah di dalam kalbu." Pandangan Irnam Malik bin Anas ini memadukan 'ilm al-'agl (penge tahuan akal) dan 'ilm al-qalb (pengetahuan kalbu) yang merupakan landasan tasawuf suni. Neo Sufisme bertujuan untuk meluruskan pandangan bahwa uzlah dan khalwat (menarik diri dan menyepi) bukan untuk selamanya dalam hidup dan kehidupan ini, tetapi sesekali dilakukan untuk penyegaran yang kemudian dijadikan titik tolak untuk pelibatan diri dalam aktifitas sosial lebih lanjut."
Maka Imam Malik berhasil memperkuat integrasi tasawuf dengan fikih dan melahirkan dua langkah. Pertama, menekankan pentingnya mempelajari fikih sebelum mempelajari tasawuf agar tidak menjadi zindik (menyimpang dari ajaran Islam). Kedua, menekankan bahwa pengetahuan sejati (al- hikmah) adalah nür yang ditiupkan Allah ke dalam kalbu. Menurut Imam Malik, al-hikmah adalah fikih, pemahaman mendalam tentang agama Allah yang diperoleh melalui cara Allah  memasukkan al-hikmah ke dalam sanubari. Al-hikmah juga mentaati Allah, mengikuti bimbingan Allah , memahami agama Allah, dan memiliki pengetahuan tentang agama Allah.
Kajian tasawuf ini bersumber dari Buku Kuliah Akhlak Tasawuf Ciptaan Prof Dr.H. Asep usman ismail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H