Mohon tunggu...
Haydar Hanif
Haydar Hanif Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis

Penulis amatir, lahir di Jakarta besar di kota Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengertian Tasawuf Dan Pembagiannya

15 Desember 2024   09:45 Diperbarui: 15 Desember 2024   09:45 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tasawuf al-dakhilah adalah ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar Islam yang masuk dan terserap ke dalam Islam sehingga seakan akan merupakan ajaran Islam. Ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang masuk dan terserap ke dalam Islam itu sangat beragam. Ada yang berasal dari tradisi filsafat Yunani, terutama Neo Platonisme, ada yang berasal dari tradisi atau budaya spiritual para petapa Yahudi dan Nasrani, Ada juga yang berasal dari ajaran agama Majusi, Hindu, atau Buddha. Singkatnya, tradisi filsafat Yunani, tradisi petapa Yahudi dan Nasrani, serta ajaran agama Majusi, Hindu, dan Buddha terserap ke dalam tasawuf sehingga melahirkan tasawuf sinkretis yang bercampur antara ajaran Islam dan ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar Islam. Kaum muslimin yang tidak tekun dan teliti mengira bahwa tasawuf al-dakhilah ini bagian dari ajaran Islam, padahal ia bukan ajaran Islam. Tasawuf al-dakhilah bagaikan berisi madu bercampur racun atau racun bercampur madu. Madu bermanfaat bagi kesehatan, sedangkan racun mematikan. Maksud dari mematikan di sini bukan mematikan hidup manusia, tetapi mematikan cahaya Islam dan menghilangkan kemurnian ajaran Islam. Oleh karena itu, tasawuf al- dakhilah jangan langsung "ditelan", tetapi harus disaring dengan "filter" Al- Qur'an dan sunah. Maka bagi kita, diharuskan untuk mengambil madunya dan membuang racunnya.

Tasawuf berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri sehingga secara perlahan menjauh dan terpisah dari induknya, yaitu ihsan. bahkan terkesan tidak ada hubungan dengannya. Tasawuf bagian tersendiri, ihsan pun bagian tersendiri. Keduanya seakan-akan dua disiplin ilmu yang berbeda. Tasawuf tumbuh dalam dua corak, yaitu corak amali dan corak falsafi. Corak amali bersifat terapan, menekankan penghayatan ibadah dan muamalah, seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat yang me lahırkan kepribadian muslim kafah. Sementara itu, corak falsafi adalah corak tasawuf yang memadukan ketajaman berpikir dan kepekaan emosi dalam menghayati wujudullah (wujud Allah ). Corak tasawuf ini bersifat terbuka kepada unsur di luar Islam, terutama filsafat Yunani, sehingga dalam pem bahasannya menggunakan beberapa istilah yang tidak dikenal di dalam khazanah Al-Qur'an dan sunah.

Dengan demikian, tasawuf tidak otomatis menjadi bagian yang tidak rpisahkan dari ajaran Islam sebelum memenuhi dua syarat yang telah Blaskan sebelumnya, yaitu konsepnya tidak bertentangan dengan kedah Jan pengamalannya sejalan dengan syariat. Jika dua syarat ini terpenuhi dengan baik, tasawuf bisa diterima dan diakui menjadi bagian tak terpi- suhkan dari ajaran Islam. Sebaliknya, jika tasawuf, baik konsep maupun pengamalannya, menyimpang dari akidah Islam dan pengamalannya tidak dipadukan dengan syariat, tasawuf tersebut sudah keluar dari ajaran Islam. Tasawuf yang demikian bukan ajaran Islam, melainkan kebatinan atau ta- sawuf yang bercampur dengan kebatinan.

1. Itihad

Itihad secara bahasa berarti penyatuan. Dalam tasawuf, itihad adalah puncak pengalaman rohani seorang sufi ketika mengalami fana, yaitu lenyap kesa- daran tentang dirinya karena merasakan baqa, yaitu tetap bersama Allah , kemudian merasakan penyatuan dirinya dengan Allah 6. Itihad yang dialami Abu Yazid al-Busthami diperoleh melalui perjuangan (mujahadah) panjang dan berat dengan menempuh maqamat (tangga-tangga rohani) hingga melawati mahabah dan makrifat kemudian mengalami fana dan baqa, yang merupakan gerbang itihad. Beliau satu-satunya sufi yang merasakan pengalaman itihad, penyatuan diri dengan Allah. Ketika Abu Yazid al- Busthami berada dalam suasana itihad, beliau mengeluarkan syarahāt, yakni ungkapan yang tidak masuk akal, bahkan bertentangan dengan akidah Islam. Secara kebahasaan, istilah syațahat berasal dari kata kerja syațahāt yang berarti taharraka yang artinya gerak atau tergerak.

2. Hulul

Secara harfiah, istilah hulul berarti menempati, menjelma, atau inkarnasi. Dalam tasawuf, hulul adalah pengalaman spiritual seorang sun resi demikan dekat dengan Allah dan bersahabat, mengenal, dan dikenal Allah serta mencintai dan dicintai Allah . Kemudian Allah memilih sufi tersebut, menempati dirinya, dan menjelma pada pada diri sufi tersebut. Menurut al-Hallaj, ketika hulul terjadi pada diri sufi pada hakikatnya telah terjadi empat proses, yaitu 1) Tuhan turun mendekati sufi tersebut; 2) Tuhan telah memilih sufi tersebut untuk dijadikan tempat hulul; 3) Tuhan menjelma pada diri sufi; dan 4) Tuhan menyatu dengan sufi tersebut.

Konsep hulul dibangun di atas teori lahut dan nasut. Lahut berasal dari kata llah yang berarti Tuhan, sedangkan lahut berarti sifat keilahian atau ketuhanan. Nasut berasal dari kata nās yang berarti manusia, se- dangkan nasut berarti sifat kemanusiaan. Dalam pandangan al-Hallaj, yang memperkenalkan konsep hulul dalam tasawuf filosofis, Tuhan memiliki lahut dan nasut. Demikian juga manusia memiliki lahut dan nasut. Lahut Tuhan adalah zat Allah yang gayb al-guyüb, sedangkan nasut Tuhan adalah roh Allah yang ditiupkan ke dalam tubuh manusia. Lahut manusia ialah roh Allah yang ditiupkan ke dalam diri manusia, sedang nasut manusia adalah sifat basyariyah, yakni sifat kemanusiaan manusia.

3. Wahdat al-Wujúd

Wajudat al-wujüd terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujúd. Secara bahasa, wahdat berarti satu atau kesatuan, sedangkan al-wujud berarti wujud atau keberadaan. Jadi, wahdat al-wujüd secara bahasa berarti kesatuan wu- d. Wahdat al-wujüd merupakan hasil renungan tasawuf filosofis Ibn 'Arabi tentang wujúdulullah (wujud Allah) dalam hubungannya dengan wujud alam. Pada tataran hakikat, wujud alam itu tidak ada, tetapi yang ada hanya wujud Allah. Jadi, pada hakikatnya, wujud itu satu, yaitu wujud Allah Alan tidak memiliki wujud. Hakikat alam itu adam, yakni ketiadaan, karena waiud alam tergantung kepada wujud Allah se. Wujud alam dinamakan wujud maif, wujud idafi, atau wujud nisbi, sedangkan wujud Allah adalah wujud mutlak atau wujud absolut.

C. NEO SUFISME

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun