Haidar Alwi: Merayakan Imlek dan Warisan Pluralisme Gus Dur.
Oleh: Rahmat Hidayat, Rabu, 29 Januari 2025
Haidar Alwi, tokoh yang dikenal sebagai pejuang toleransi dan pendiri Haidar Alwi Care serta Haidar Alwi Institute, terus menghidupkan semangat pluralisme yang diwariskan Gus Dur. Dalam konteks perayaan Imlek, Haidar Alwi melihatnya sebagai simbol penting dalam membangun keharmonisan di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
Peran Gus Dur dalam Kebebasan Merayakan Imlek.
Selama beberapa dekade, perayaan Imlek terhambat oleh kebijakan diskriminatif yang melarang perayaan terbuka. Gus Dur, sebagai Presiden keempat Indonesia, mengambil langkah berani dengan mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 melalui Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000. Langkah ini memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa untuk merayakan tradisi dan kepercayaan mereka tanpa tekanan.
Tidak hanya itu, Gus Dur juga menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif pada tahun 2001. Keputusan ini membuka babak baru dalam perjalanan bangsa yang menghargai keberagaman. Warisan ini menjadi dasar yang kokoh bagi perjuangan pluralisme di Indonesia.
Haidar Alwi dan Semangat Toleransi
Haidar Alwi, yang kerap disebut sebagai Tokoh Toleransi Indonesia, menempatkan perayaan Imlek sebagai simbol penting dari nilai-nilai persatuan dalam keberagaman. Ia sering menegaskan bahwa toleransi adalah bagian dari humanisme, yaitu ajaran yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas perbedaan identitas.
"Imlek bukan hanya tradisi budaya, tetapi juga pengingat bagi kita semua bahwa keberagaman adalah aset besar bangsa ini," ujar Haidar Alwi kepada penulis.
Sebagai penggerak dalam membangun toleransi, Haidar Alwi memadukan filsafat hidup yang berfokus pada nilai-nilai etis. Dalam pandangannya, etos---atau kebiasaan luhur---adalah dasar dari harmoni sosial yang harus terus diperkuat melalui dialog dan saling pengertian.
Aksi Nyata untuk Merawat Keberagaman
Melalui Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, Haidar Alwi mengimplementasikan toleransi dalam bentuk nyata, seperti dialog lintas agama dan program kemanusiaan yang melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang. Kegiatan ini menjadi cerminan konkret dari perjuangannya untuk menciptakan masyarakat yang saling menghormati.
Bagi Haidar Alwi, toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, tetapi juga menciptakan ruang yang memungkinkan semua individu merasa dihargai. "Kita harus membangun semangat toleransi dari akar, mulai dari pendidikan hingga kehidupan sehari-hari," tegasnya.
Haidar Alwi Melanjutkan Jejak Gus Dur
Sebagai penerus nilai-nilai pluralisme, Haidar Alwi melihat perjuangan Gus Dur sebagai inspirasi utama dalam melawan diskriminasi dan memperjuangkan kesetaraan. Langkah-langkah Gus Dur dalam membuka ruang bagi keberagaman, termasuk membebaskan perayaan Imlek, menjadi teladan bagi Haidar Alwi dalam membangun semangat toleransi.
"Keberanian Gus Dur adalah pengingat bagi kita semua bahwa harmoni hanya dapat tercapai melalui penghormatan terhadap perbedaan," jelas Haidar Alwi.
Imlek sebagai Cerminan Toleransi
Haidar Alwi menegaskan bahwa Imlek lebih dari sekadar tradisi. Perayaan ini adalah cerminan dari semangat bangsa yang menghargai kebhinekaan. Dalam pandangannya, Imlek harus dimaknai sebagai momen untuk memperkuat persatuan dan mengapresiasi keberagaman.
"Imlek adalah simbol dari kekayaan budaya yang menjadi kekuatan utama bangsa ini. Kita harus menjaga semangat pluralisme ini agar Indonesia tetap menjadi rumah bagi semua," pungkas Haidar Alwi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI