FAKTOR INTERNAL;
- Faktor Biologi: Diagnosa penyakit fisik atau mental kepada keluarga. Penelitian yang telah dilakukan di Pakistan mengungkapkan bahwa remaja yang tinggal atau serumah bersama anggota keluarga yang memiliki penyakit fisik atau mental akan meningkatkan kerentanan remaja untuk memiliki ide bunuh diri dan potensi ini ditemukan lebih besar didalam remaja laki-laki, dibanding remaja perempuan.
- Faktor Demografi: Faktor demografi memiliki beberapa cabang, contohnya seperti;
Usia: Berdasarkan faktor usia, pada penelitian ini, adanya ditemukan hubungan yang memiliki signifikan positif dengan ide bunuh diri di dalam kalangan remaja. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap audiens remaja berumur 14-18 tahun di Amerika, telah ditunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 tahun lebih kepada usia, akan juga turun resiko bunuh diri remaja.
Berat Badan: Permasalahan yang terjadi pada berat badan yang dialami oleh remaja di China dan Amerika terbukti mempunyai pengaruh terhadap ide bunuh diri remaja. Perempuan dengan kondisi tubuh yang tidak diinginkan akan secara otomatis dianggap mempermalukan diri sendiri & cenderung tidak diterima secara sosial.
Jenis Kelamin: Berdasarkan jenis kelamin, remaja dengan jenis kelamin perempuan teridentifikasi memiliki potensi bunuh diri yang lebih tinggi daripada remaja dengan jenis kelamin laki-laki dan hasil inipun dibuktikan selalu konsisten dari semua penelitian yang telah dilakukan.
Faktor Psikologis: Perasaan cemas yang terus menerus dialami oleh remaja melalui penelitian yang telah dilakukan di Iran dan Malaysia terbukti secara signifikan meningkatkan perihal keinginan untuk bunuh diri. Remaja lelaki yang mengalami ansietas memiliki potensi ide bunuh diri lebih besar dibandingkan remaja perempuan.
Faktor Keperilakuan Menyimpang: Salah satu perilaku menyimpang pada remaja yang meningkatkan kerentanan terhadap ide bunuh diri adalah merokok. Merokok, melalui beberapa penelitian dari Negara China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Iran, dan Belgia terbukti signifikan di dalam tingkatan potensi ide bunuh diri pada kalangan remaja. Semakin banyak seorang remaja merokok, maka semakin juga keinginan untuk bunuh diri dipicu untuk dilaksanakan.
Faktor Gaya Hidup: Peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko terjadinya ide bunuh diri pada remaja, sebaliknya penurunan aktivitas fisik terbukti meningkatkan kerentanan remaja mengalami ide bunuh diri menurut penelitian yang dilakukan di negara China & Belgia. REmaja yang memiliki dua atau lebih kelas olahraga setiap minggu dikaitkan dengan kemungkinan lebih rendah dari ide bunuh diri di antara anak laki-laki, tetapi tidak perempuan.
FAKTOR EKSTERNAL:
Faktor Pengalaman Hidup Yang Negatif: Pengalaman hidup yang negatif yang terbukti signifikan meningkatkan ide bunuh diri remaja. Pengalaman pengalaman traumatis yang telah dilakukan orang lain kepada diri, contoh seperti pembulian, cyberbullying, dan juga pelecehan seksual.
Faktor Keluarga: Berdasarkan faktor-faktor yang telah terbukti, faktor keluarga telah terbukti signifikan meningkatkan ide bunuh diri remaja dengan sistem nuclear family yang lebih sering terjadi kepada laki-laki, tetapi tetap juga terjadi kepada perempuan. Ada juga struktur tempat tinggal, bagaimana anggota keluargamu berbicara kepadamu, dan juga gaya asuh orang tua yang berdampak hebat kepada cara otak berpikir. Ada juga bagaimana mindset seorang anak bisa diganti begitu saja oleh perkataan orang tua dan akhirnya memilih untuk menjalankan hidup sebagaimana orang tua mereka ingin. Ada istilah keluarga 'Kapal Pecah', atau 'Broken Home'. Di situasi seperti ini, korban biasa merasa menjadi seperti beban di pundak orang tua mereka dan memutuskan untuk mengambil nyawanya sendiri untuk kabur dari rasa bersalah itu.
Faktor Ekonomi: Faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan ide bunuh diri bisa termasuk kurangnya kecukupan makanan, status sosial keluarga yang selalu diinjak injak dan dianggap rendah, dan berbagai banyak hal lain. Banyak kecukupan sehari-hari, atau pun kecukupan dasar seperti sekolah yang tidak bisa diwujudkan oleh karena kurangnya ekonomi mereka dan anak anak pun terpaksa untuk bekerja.