CREATE (Creative Youth for Tolerance) adalah sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi, keberagaman, kesetaraan, dan bina damai di lingkungan sekolah menengah yang melibatkan siswa, guru, komite, dan orang tua.Â
Kak willi dalam kata penyambutan menjelaskan bahwa jangkauan Program CREATE berada di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.Â
CREATE Moments mempersembahkan Provincial Art Exhibition yang merupakan bentuk apresiasi terhadap karya yang dibuat oleh orang muda terhadap isu toleransi, keberagaman, dan kesetaraan gender.Â
Jawa Barat mengusung tema "Silih" yang berarti "saling" dalam KBBI juga diambil dari falsafah leluhur Sunda "Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh" yang dimaknai sebagai manusia kita harus saling mencerdaskan, saling mengasihi, Â saling melindungi, mengayomi serta memuliakan.Â
Kesalingan inilah yang muncul dari proses berkarya para siswa di tahun ketiga program CREATE di Jawa Barat. Di pameran kali ini, mereka juga mengajak masyarakat untuk  dapat menikmati pameran dengan belajar banyak hal terkait seni, budaya, toleransi, inklusi sosial  dan kesetaraan gender melalui diskusi kekaryaan dan lokakarya serta menikmati performing art dari seniman lokal.
Seni Popo Iskandar : Jl. Dr. Setiabudi No.235B, Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154.Â
Kegiatan dilaksanakan 22 - 25 September 2022 di GriyaKelompok 3 Modul Nusantara yang dibimbing oleh Bapak Salsa Solli Nafsika, M.Pd. dan mentor Kang Seno Maulana menghadiri salah satu rangkaian penutupan even ini.Â
Even yang digelar dalam penutupan pada Minggu, 25 Spetember 2022 (16.00-18.00 WIB) adalah Mime and Poetry Performance oleh Wanggi Hoed dkk.
Penampilan pertama diawali dengan pembacaan puisi oleh Kak Willy Fahmi A dengan membawakan sebuah puisiku, yang di ubah menjadi kesenianku.Â
Kemudian Kak Zulfanaser dengan Domba Peradaban. Domba Peradaban adalah sebuah lagu karya Kak Zulfanaser ketika akan tampil di sore hari. Paginya sebelum tampil, Kak Zulfanaser menonton berita dari TV tentang guru yang ditikam oleh siswa.Â
Hal tersebut beliau angkat menjadi lagu di acara sore hari itu. Kemudian ada penampilan karya lagu yang berjudul Silih , Bicara, Lagu orang terbuang oleh kak Skalarama dengan gitarnya. Lagu ini juga sebuah karya asli dari Kak Skalarama. Lagu-lagu tersebut bersumber dari cerita kehidupannya. Baginya, dapat menciptakan karya berupa lagu adalah salah satu anugerah yang diberikan Tuhan untuknya.Â
Penampilan berikut dari Kak Wanggi Hut dengan menampilkan pantonim. Kak Wanggi menceritakan 18 tahun berkecimpung di dunia pantonim, dia mendapatkan banyak pengalaman dari dunia pantonim. Pada penampilan kali ini, beliau membawakan sebuah cerita pantonim yang menceritakan tentang kerinduan akan keluarga.Â
Beliau terinspirasi dari kenyataan yang ada di dalam keluarga. Penampilan di tutup oleh Kak gresi dengan puisi yang dibuat oleh dirinya sendiri yang berjudul Katanya Setara? Puisi ini menceritakan bagaimana publik menganggap sesosok perempuan.
Setelah penutupan, para pengunjung terutama Mahasiswa PMM 2 Inbound UPI diajak untuk melihat pameran yang berada tidak jauh dari pementasan puisi, lagu, dan pantonim. Huruf brailer dipajang di ruang pameran tersebut. Kemudian lukisan dari teman disabilitas juga dipajang disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H