2. Transparansi dan Akuntabilitas: Akuntansi syariah mendorong transparansi dalam laporan keuangan. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan di kalangan pemangku kepentingan. Contohnya, bank syariah harus melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan zakat dan qardhul hasan secara jelas.
3. Pelaporan Zakat: Akuntansi syariah juga mencakup pelaporan kewajiban zakat, yang merupakan bagian integral dari keuangan syariah. Laporan keuangan harus menunjukkan perhitungan zakat yang tepat dan distribusinya kepada yang berhak.
4. Kepatuhan terhadap PSAK: Laporan keuangan harus sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan, seperti PSAK 101 untuk laporan keuangan syariah. Ini memastikan bahwa laporan tidak hanya memenuhi prinsip syariah tetapi juga standar akuntansi yang diakui.
Â
Memverifikasi Kepatuhan Transaksi terhadap Prinsip Syariah
Untuk memverifikasi apakah transaksi bisnis sudah sesuai dengan prinsip syariah, berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
Â
1. Tinjau Akad yang Digunakan: Pastikan bahwa akad yang digunakan dalam transaksi sesuai dengan prinsip syariah. Misalnya, akad mudharabah harus jelas mengenai pembagian keuntungan dan kerugian.
2. Cek Unsur Riba: Pastikan transaksi tidak melibatkan unsur riba (bunga). Sebagai contoh, jika Anda meminjam uang, pastikan tidak ada tambahan biaya atau bunga yang dikenakan.
3. Evaluasi Keberlanjutan dan Keadilan: Transaksi harus adil dan tidak merugikan pihak manapun. Misalnya, dalam akad musyarakah, keuntungan dan kerugian harus dibagi sesuai kesepakatan yang adil antara semua pihak.
4. Kepatuhan terhadap Regulasi Syariah: Pastikan bahwa transaksi mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas keuangan syariah, seperti OJK di Indonesia. Ini termasuk pelaporan zakat dan transparansi dalam pengelolaan dana.