Mohon tunggu...
Hafizhotus Solihah
Hafizhotus Solihah Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030023 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Malioboro, Perjalanan 50 Tahun Penarik Becak Sepeda Ontel

8 Juni 2024   21:33 Diperbarui: 12 Juni 2024   00:08 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : dokumentasi pribadi

Yogyakarta--Seorang bapak dengan usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi. Dengan panas terik di siang hari dan peluh keringat bercucuran di keningnya. Mengontel becak sepedanya dengan nafas yang terengah-engah. Penghasilan yang tidak seberapa dengan saingan becak motor dimana-mana. Mencari pundi-pundi rupiah demi menghidupi keluarga di rumah. Banting tulang dan peras keringat beliau lakukan untuk memenuhi kebutuhan makan.

Kawasan Malioboro adalah sumbu filosofis Kota Yogyakarta yang banyak dijadikan tujuan bagi wisatawan. Jalan yang menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang kompleks Keraton Yogyakarta.

Secara keseluruhan terdiri atas Jalan Margo Utomo yang terbentang dari selatan kawasan tugu hingga ke sisi timur Stasiun Yogyakarta, jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo.

Beberapa tempat bersejarah yang ada di kawasan malioboro diantaranya yaitu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Museum Vrendeburg, dan masih banyak lagi yang menjadi incaran wisatawan.

Terdapat jajaran toko yang menjajakan berbagai macam hal, mulai dari makanan khas Yogyakarta seperti halnya bakpia, gudeg, kemudian, bahan textile batik, dan masih banyak lainnya.

Dahulu pedagang penjual seperti baju, tas, sandal, dan ornamen serta pernak-pernik khas kota Jogja masih berjualan bebas dipinggir jalan tanpa memiliki kios tetap. Kemudian, pada tahun 2022 pemerintah menertibkan semua pedagang di pinggir jalan yang tidak memliki kios tetap dan berpotensi mengganggu arus pejalan kaki.

Teras malioboro menjadi tempat yang dijadikan untuk menaungi 888 tenant dari para pedagang yang ditertibkan. Terdapat teras malioboro 1 dan teras malioboro 2 yang menawarkan produk-produk asli Jogja. Seakan-akan menjadi jantung perekonomian yang sangat menentukan nasib para pedagang di kawasan malioboro.

Ramainya pengunjung di kawasan malioboro, baik dari wisatawan lokal maupun mancanegara menjadikan peluang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah bagi beberapa kalangan. Selain pedagang makanan maupun sandangan, terdapat juga pedagang jasa, seperti andong atau delman kuda, becak motor dan sepeda, dan juga ojek. Tidak hanya warga dekat kawasan malioboro saja, bahkan dari daerah lain yang berbeda kabupaten pun menjadikan kawasan malioboro sebagai tempat mata pencahariannya.

 sumber gambar : dokumentasi pribadi
 sumber gambar : dokumentasi pribadi

Bapak Pardi, seorang penarik sepeda becak di kawasan Malioboro yang berasal dari Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.

"Ya, saya berangkatnya tadi, pulangnya besok". ungkapnya. Jadi beliau tidak pulang kerumah setelah selesai bekerja menarik becak sepeda, melainkan pagi harinya setelah bermalam di Malioboro.

"Dari tahun 75 saya ngontel terus, saya masih muda sampai udah tua udah umur 70 mulai ngontel dari umur 21 pas tahun 75, saya ini di Malioboro", ujarnya.

Hampir menginjak tahun ke 50 pak Pardi mengontel becak sepeda, dari semenjak berusia 21 tahun hingga sekarang sudah semakin berumur di usia 70 tahun. Usia beliau yang sekarang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi. Tapi semangat beliau untuk terus melestarikan becak ontel dan mencari nafkah untuk keluarga tak akan berkurang termakan usia.

"Rame sekarang yo mba mbiyen Malioboro belum ada bakpia, batik-batik, gedung-gedung ini belum ada sekarang sudah rame", katanya.

Pak pardi merasakan kondisi kawasan malioboro pada zaman dahulu yang belum ramai seperti saat ini. Perubahan dari segi bangunan dan pengunjung yang semakin banyak serta berbagai macam jenisnya. Mengalami perubahan yang semakin maju di setiap tahun, pak pardi memiliki kesan yang beragam terkadang senang juga sedih.

"Dulu laris becak onthel dimana-mana mbak, dari Mbulak Sumur, Demangan, Jalan Solo, itu becak ontel semua dan malah ngga ada bentor apalagi taksi, nda ada", keluh beliau, bahwa hanya ada becak sepeda onthel dan belum ada becak motor maupun taksi dan lain sebagainya.

Sangat disayangkan mata pencaharian pak pardi akan semakin tergerus karena seiring berkembangnya teknologi yang semakin pesat, tenaga manusia akan digantikan oleh mesin-mesin yang semakin canggih. Becak motor yang telah menggunakan mesin sudah mendominasi juga lebih memikat banyak penumpang bahkan lebih banyak daripada becak onthel yang masih menggunakan tenaga manusia.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, bukan semata-mata memberikan dampak positif bagi semua orang dengan memberikan kemudahan. Namun pada beberapa kalangan dapat memberikan dampak yang negatif bahkan merugikan.

"Jalannya seminggu sekali santai-santai aja nggak setiap hari soale udah tua sih mba", sebutnya. Beliau tidak selalu menarik becak onthel sepedanya setiap hari karena kondisi yang sudah berumur dan tidak sekuat dahulu ketika masih muda.

"Kalau jalan dari pagi, ya sampai jam 5 sore atau 7 malam. Tapi, klo jalan malam dari jam 4 sore sampai 12 malam, pokoknya sampai Malioboro sepi, kalau sudah sepi ya sudah tidur di becak, minggir gitu mba", kisahnya.

Jika berangkat dari pagi beliau akan kembali pulang ke rumah di sore hari jam 5 atau sekitar jam 7 malam. Namun itu tidak pasti, terkadang berangkat dari pagi terkadang juga mulai dari sore.

Ketika mulai menarik becak dari sore,beliau akan berhenti di sekitar jam 12 malam atau saat kawasan malioboro sudah sepi.

Namun bukan rumah tempat beliau beristirahat dari lelahnya menarik becak, melainkan becak yang terparkir di pinggir jalan sebagai tempat untuk tidur di malam hari dan akan pulang di ke esokan harinya.

"Sehari mboten mesti, 100 ewu mboten oleh 50 semalam payah mba, kalah kalih bentor, nek koyo kulo kan kalah kadang nek sing onthel paling ngge wong ndesa nggih mpun niku mawon, nek mboten nggih mpun, kalah kalih ojek, Grab bentor,kulo nggih sabar lah mangke rejeki gusti Alloh mpun ngatur, nek kulo ngoten prisip kulo kesadaran kados niku dadose kulo tenang perjalanan becak", tutur beliau dengan bahasa jawa halus.

Penghasilan yang tidak tidak mencapai di angka 100 ribu maupun 50 ribu. Peminat becak sepeda onthel hanyalah orang desa, selain itu lebih condong kepada bentor (becak motor) maupun grab.

Prinsip hidup yang dipegang teguh oleh sosok pak Pardi adalah sabar, karena Allah telah mengatur rezeki setiap makhluknya, hal tersebut yang selalu membuat hati beliau tenang selama hampir 50 tahun perjalanan menarik becak sepeda ontel.

sumber gambar : dokumentasi pribadi
sumber gambar : dokumentasi pribadi

"Plat nomor becak teng wingking, kulo mboten tumbas becak, kulo nyewa nggene juragan semalem 5 ribu kawit jam 4 sore dugi jam 12 ndalu besok subuh saya pulang teng bantul, juragannya di menukan jogokariyan. Nek bentor-bentor arang-arang sing nyewa niku nggene piyambak-piyambak. Parkir bebas sejalan malioboro niku,nek sing diatur niku sing gadhah organisasi persatuan. Nek di ken pindah teng karyawan UPT jogo niku nggeh kulo muter maleh, rutenya sepanjang malioboro soale sing rame kan malioboro lintune sepi. Namung mubeng-mubeng maleh kados niku mawon", tuturnya.

becak sepeda yang beliau gunakan memiliki plat nomor resmi yang berada di belakang becak. Namun becak yang beliau gunakan bukan lah milik pak pardi seorang, beliau tidak membeli becaknya melainkan menyewanya dari juragan. Untuk biaya sewa yang dipatok seharga 5 ribu per malam, dari mulai jam 4 sore hingga jam 12 malam kemudian beliau akan pulang di pagi harinya setelah subuh dan mengembalikan becak yang disewanya. Berbeda nasibnya dengan becak motor, kebanyakan itu adalah milik perorangan sendiri dan jarang yang menyewanya.

Untuk lahan parkir tukang becak sepeda itu bebas, kecuali untuk becak motor yang memiliki organisasi tersendiri itu telah diatur dan memiliki tempatnya masing-masing.

Ketika petugas UPT Jogo Boro menertibkan becak sepeda yang parkir di pinggir jalan, mereka akan berpindah dan memutari jalan sekitar malioboro. Dan rute yang dilalui oleh pak pardi hanyalah kawasan Malioboro, karena kawasan yang lain sepi dan tidak seramai malioboro. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun