Mohon tunggu...
Hafizhotus Solihah
Hafizhotus Solihah Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030023 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Malioboro, Perjalanan 50 Tahun Penarik Becak Sepeda Ontel

8 Juni 2024   21:33 Diperbarui: 12 Juni 2024   00:08 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mulai menarik becak dari sore,beliau akan berhenti di sekitar jam 12 malam atau saat kawasan malioboro sudah sepi.

Namun bukan rumah tempat beliau beristirahat dari lelahnya menarik becak, melainkan becak yang terparkir di pinggir jalan sebagai tempat untuk tidur di malam hari dan akan pulang di ke esokan harinya.

"Sehari mboten mesti, 100 ewu mboten oleh 50 semalam payah mba, kalah kalih bentor, nek koyo kulo kan kalah kadang nek sing onthel paling ngge wong ndesa nggih mpun niku mawon, nek mboten nggih mpun, kalah kalih ojek, Grab bentor,kulo nggih sabar lah mangke rejeki gusti Alloh mpun ngatur, nek kulo ngoten prisip kulo kesadaran kados niku dadose kulo tenang perjalanan becak", tutur beliau dengan bahasa jawa halus.

Penghasilan yang tidak tidak mencapai di angka 100 ribu maupun 50 ribu. Peminat becak sepeda onthel hanyalah orang desa, selain itu lebih condong kepada bentor (becak motor) maupun grab.

Prinsip hidup yang dipegang teguh oleh sosok pak Pardi adalah sabar, karena Allah telah mengatur rezeki setiap makhluknya, hal tersebut yang selalu membuat hati beliau tenang selama hampir 50 tahun perjalanan menarik becak sepeda ontel.

sumber gambar : dokumentasi pribadi
sumber gambar : dokumentasi pribadi

"Plat nomor becak teng wingking, kulo mboten tumbas becak, kulo nyewa nggene juragan semalem 5 ribu kawit jam 4 sore dugi jam 12 ndalu besok subuh saya pulang teng bantul, juragannya di menukan jogokariyan. Nek bentor-bentor arang-arang sing nyewa niku nggene piyambak-piyambak. Parkir bebas sejalan malioboro niku,nek sing diatur niku sing gadhah organisasi persatuan. Nek di ken pindah teng karyawan UPT jogo niku nggeh kulo muter maleh, rutenya sepanjang malioboro soale sing rame kan malioboro lintune sepi. Namung mubeng-mubeng maleh kados niku mawon", tuturnya.

becak sepeda yang beliau gunakan memiliki plat nomor resmi yang berada di belakang becak. Namun becak yang beliau gunakan bukan lah milik pak pardi seorang, beliau tidak membeli becaknya melainkan menyewanya dari juragan. Untuk biaya sewa yang dipatok seharga 5 ribu per malam, dari mulai jam 4 sore hingga jam 12 malam kemudian beliau akan pulang di pagi harinya setelah subuh dan mengembalikan becak yang disewanya. Berbeda nasibnya dengan becak motor, kebanyakan itu adalah milik perorangan sendiri dan jarang yang menyewanya.

Untuk lahan parkir tukang becak sepeda itu bebas, kecuali untuk becak motor yang memiliki organisasi tersendiri itu telah diatur dan memiliki tempatnya masing-masing.

Ketika petugas UPT Jogo Boro menertibkan becak sepeda yang parkir di pinggir jalan, mereka akan berpindah dan memutari jalan sekitar malioboro. Dan rute yang dilalui oleh pak pardi hanyalah kawasan Malioboro, karena kawasan yang lain sepi dan tidak seramai malioboro. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun