Bangunan bersejarah tidak terlepas dari pengaruh masa kolonial yang berlangsung hingga ratusan tahun di wilayah Indonesia.Â
Bangunan gedung merupakan bangunan hasil dari pekerjaan konstruksi yang berdiri di tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas daratan ataupun diatas air, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan manusia untuk melakukan kegiatan, baik untuk tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. nilai sejarah berarti segala sesuatu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dalam kehidupan masyarakat yang memiliki makna atau arti penting suatu peristiwa.
Warisan budaya merupakan bagian dari masa lalu dengan apa yang saat ini terjadi oleh manusia kepada generasi mendatang. Sehingga warisan budaya adalah segala sesuatu yang memiliki nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya karena keberadaannya menjadi salah satu elemen pendukung identitas suatu bangsa.
Bangunan bersejarah terdapat dua jenis yaitu dead monument dan living monument. Dead monument artinya bangunan bersejarah yang tidak dipergunakan atau dimanfaatkan lagi. Living monument adalah bangunan bersejarah yang masih dipergunakan atau dimanfaatkan. Selain itu juga Objek bangunan bersejarah dapat dikatagorikan dalam tiga pendekatan yaitu 1. Bangunan gedung,
2. Cagar Budaya,
3. Piagam Ciloto.
Saat ini banyak bangunan-bangunan bersejarah di kota Semarang banyak yang hilang. Hal ini disebabkan karena kepentingan ekonomi dan politis. Banyak dari masyarakat kita menganggap bangunan-bangunan tersebut itu hanyalah bangunan kuno, ketinggalan jaman atau tidak modern sehingga banyak yang ingin menghancurkannya. Bahkan banyak juga oknum arsitek-arsitek kita yang yang menyetujui keinginan pembeli mereka untuk membongkar bangunan tersebut padahal sebenarnya mereka bisa memberikan masukan untuk mempertahankan dan memanfaatkan keberadaan bangunan tersebut namun malah ikut menghancurkan.Â
Kota yang tidak lagi memiliki bangunan bernilai sejarah atau bangunan kuno ibarat seperti kota tanpa bayangan. Kota tersebut bisa disebut kota tanpa bayangan yaitu kota yang tidak memiliki sejarah masa lampau, alias tidak punya silsilah dan tidak memiliki orientasi. Kita semua seharusnya mendukung melestarikan keberadaan benda-benda bersejarah, warisan arsitektur nenek moyang dan kawasan lama yang bernilai sejarah, kita harus merambah ke area hukum, peraturan perundang-undangan dan kewenangan badan Pemerintah tentang bangunan bersejarah
Warisan budaya harus dijadikan sebagai suatu aset penting suatu bangsa yang dapat menciptakan kebanggaan negara. Benda sejarah harus dilestarikan agar tidak menghilang. Lawang sewu termasuk kawasan penting untuk dilestarikan karena perannya sebagai bukti sejarah dengan memberikan orientasi yang berkaitan dengan kejadian waktu dan tempat tersebut.
Pemberdayaan tempat-tempat bersejarah tidak menyebabkan hambatan terhadap kemajuan zaman, namun dapat mewujudkan lingkungan kota yang menarik antara bangunan-bangunan yang lama dengan bangunan yang baru. Kota-kota bersejarah dapat dijadikan bukti warisan dari nenek moyang kita, namun beberapa orang masih belum dapat menerimanya. Hal ini terjadi karena tahap apresiasi masyarakat yang masih rendah terhadap sejarah, nilai kesejarahan dan budaya sejarah dibanding dengan aspek lainnya seperti ekonomi.Â
Permasalahan bangunan bersejarah di berbagai kota di Indonesia masih belum banyak diketahui sejarah atau asal usulnya. Oleh karena itu berawal dari belum banyak yang diketahui sejarah atau bangunan bersejarah tersebut, maka pemerintah daerah cenderung untuk menghancurkan beberapa bangunan bersejarah yang ada di kota tersebut, menurut pendapat dari ilmu arsitektur kota dan juga sejarawan seharusnya bangunan bersejarah tersebut perlu dipertahankan agar kota-kota yang memiliki bangunan bersejarah memiliki kebanggaan tersendiri, sehingga masyarakat yang tinggal di sebuah kota tersebut merasa aman dan nyaman.
Lawang sewu merupakan bangunan bersejarah peninggalan kolonial belanda yang dibangun pada tahun 1904. Lawang sewu merupakan bangunan yang dibuat oleh arsitek Belanda bernama JF Klinkhamer. Pada awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai kantor kereta api pada masa kolonial hindia belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Pada saat Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, bangunan ini dijadikan sebagai tempat penjara dengan tempat eksekusi mati didalamnya.
Hingga pada saat Indonesia mengalami kemerdekaan, bangunan tersebut dijadikan sebgai aset oleh Kereta Api Indonesia (KAI) dan menjadi cagar budaya yang dijadikan sebagai tempat wisata di Semarang. Gedung ini juga menjadi saksi bisu akan perjuang para pahlawan pertempuran lima hari di Semarang.
Tempat cagar budaya sendiri merupakan warisan budaya sejarah yang bersifat kebendaan seperti Bangunan, Benda, Situs, dan lainnya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi agama, Â ilmu pengetahuan, peristiwa sejarah, atau budaya. Salah satunya Gedung Lawang Sewu ini karena masyarakat sering menganggap bahwa bangunan ini memiliki pintu berjumlah seribu.
Lawangsewu memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan bangunan kuno yang lain. Keunikan yaitu letaknya di pusat kota dan juga bentuknya. Pada detail ornamennya sampai saat ini masih dipakai oleh para desainer bangunan di kota-kota. Itu menunjukkan bahwa bentuk bangunan beserta ornamen didalamnya tidak ketinggalan jaman dan menunjukan arsitektur modern. Percaya atau tidak namun masih banyak bentuk dan ornamennya yang masih digunakan oleh perancang bangunan untuk membuat desain bangunan baik untuk rumah tinggal, mall, masjid, ataupun gerbang masuk di sebuah kawasan perumahan.
Pemerintah Kota Semarang berniat akan melakukan perawatan bangunan Lawang sewu ini sesuai dengan teknis Perawatan Bangunan Cagar Budaya dan berencana akan mengelola bangunan tersebut secara baik dan akan difungsikan/dimanfaatkan sebagai Kantor Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan, Kantor Pusat Informasi Pariwisata, Kantor Pusat Informasi Perencanaan dan Pembangunan Kota Semarang, Kantor-kantor lain yang mendukung masalah kebudayaan, pariwisata dan pembangunan kota Semarang, Galeri dan Museum.Â
Fungsi - fungsi bangunan tersebut akan memanfaatkan ruang-ruang yang ada tanpa melakukan perubahan bentuk, ukuran, warna, struktur dan materialnya. Demikian juga dengan tapak dan lingkungannya, Pemerintah Kota Semarang berencana akan merawatnya dengan baik dengan tetap melestarikan desain bangunannya, sehingga keberadaan lingkungan luar bangunan tersebut mampu mendukung dan mengangkat keagungan bangunan Lawangsewu tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H