Mohon tunggu...
Hafizh Bakri
Hafizh Bakri Mohon Tunggu... -

Seorang Hamba yang terus berprogres

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Kita Kini dan Nanti

8 Mei 2018   22:37 Diperbarui: 8 Mei 2018   23:14 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal ini terjadi juga di Bangalore, suatu kota di India yang menjadi kota terbesar kedua setelah Delhi, bertransformasi menjadi kota pusat teknologi di India, biar lebih gampang menjadi "Silicon Valley" nya India. Di Bangalore, perusahaan-perusahaan teknologi bukan lagi berorientasi merekrut tenaga kerja hanya dari India saja, akan tetapi mereka bermindset merekrut para professional yang terbaik di bidangnya, sehingga mendorong para professional dari seluruh dunia datang ke Bangalore, dan dampaknya wajar kalau produk dari Bangalore begitu kompetitif di industry teknologi dunia.

Memang akhir-akhir ini kita sering mendengar visi para rektor yang menamai kampusnya sebagai World Class University, termasuk kampus yang pernah menjadi tempat saya belajar. Akan tetapi, mengertikah kita bahwa visi itu mempunyai konsekeunsi yang harus ditunaikan ?, ini tanggung jawab dalam

Pertama, saya melihat bahwa hampir semua pengajar di universitas (khusunya dikampus saya) dicari dari almamaternya sendiri. Alasannya karena mereka lebih paham dengan kondisi internal kampus sehingga lebih mudah beradaptasi. Sehingga dari alasan tersebut menimbulkan kesan bahwa stuktur organisasi kampus begitu feodal, yang menutup datangnya para pengajar dari luar Almamatenya, Padahal, hakikat kelas dunia adalah minimal mencari pendidik terbaik di seluruh dunia. 

Tujannya yaitu mendapatkan yang terbaik dibidangnya seperti yang saya jelaskan di Bangalore, minimal bisa menambah insight baru bagi para mahasiswanya dalam memandang dunia, dengan segudang diversity pengalaman, pengetahuan dan latar belakang keilmuan yang dimiliki pengajar yang berada dari luar almamaternya. 

Disini bukannya saya pro para TKA,yang sekarang lagi rame dibicarakan, kan sah-sah saja sebenarnya kita pekerjakan TKA dengan keahlian yang mereka miliki, hal ini perlu dilakukan agar para pengajar di dalam negeri bisa terus belajar dalam meningkatkan kualifikasinya.

Kedua, mahasiswanya juga yang lokal-lokal juga, bahkan lokalnya, mayoritas dalam lingkup kota dan regional, kalo ada dari nasional, mayoritas ikut program kerja sama dengan PEMDA, dan short course masih menjadi pilihan favorit para mahasiswa luar negeri. Dan kita pasti tahu konsekuensinya, mulai dari sikap primordial mulai mewarnai aktivitas sehari-hari dan ada beberapa dosen yang mengajar pun terkadang memakai Bahasa daerahnya padahal nama kampusnya memakai nama "Indonesia" .

Ketiga, Pengeloloaan keuangan yang tidak professional, mayoritas pemasukan keuangan dari universitas di Indonesia bersumber dari pungutan ke mahasiswanya, sehingga tidak jarang mahasiswa hanya jadi "sapi perahan" para pemangku kebijakan dan tidak jarang mahasiswanya terancam di Drop Out (DO) juga. Kondisi ini menandakan para birokrat kampus tidak kreatif dalam mengelola sumber daya universitasnya. padahal universitas di Indonesia diberi otonomi dalam pengelolaan keuangannya dalam menunjang penyelenggaraannya apalagi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).  

Banyak yang mengetahui bahwa Harvard Unversity kampus dan memiliki biaya yang mahal dalam penyelenggaraan pendidikannya, akan tetapi tahu kah kita ternyata 65 % mahasiswanya menerima beasiswa sebesar US$ 46.000,- , bahkan keluarga yang kurang mampu dibebaskan dari uang kuliah. Hal itu dilakukan karena para pemangku kebijakan di Harvard University kreatif dalam pengelolaan keuanganya, dengan mengalirkan dana abadinya ke berbagai sektor keuangan dan riil, bahkan ada yang diinvestasikan dalam pembangunan infrastuktur dan energi di Indonesia. Yang keuntungannya dijadikan dana pengembangan universitas. Dan kita perlu belajar dari Harvard University yang merupakan salah satu kampus terbaik di dunia ini.

Masih banyak poin-poin penting yang akan saya sampaikan tentang universitas kita, yang insya ALLAH akan saya lanjutkan di tulisan selanjutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun