Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menahun Tersiakan

29 Desember 2023   14:50 Diperbarui: 31 Desember 2023   21:45 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hari tanpa ada tegangan terjadi. Sepi telah berkuasa di sudut-sudut jalan. Bersantai tanpa ada yang dinantikan. Bertegur sapa bukan menjadi yang harus dilakukan. Hanya berdiam. Menumpuk di setiap tikungan.

Lelaki dewasa menatap perempatan jalan yang penuh dengan sepi dari balik jendela. Mengintip sedikit sambil duduk di kursi. Sesekali menyeruput teh manis yang tadinya dibuat panas. Dahinya berkerut. Menatap dengan pasti segala sepi yang terlihat.

Mereka bukannya takut pada sepi yang berkeliaran di jalan. Hanya saja sudah banyak desas-desus yang terdengar tentang sepi. 

Jika tersentuh oleh sepi, akan ada perubahan hidup terjadi. Katanya, ada yang terkena sepi dan kemudian mengurung diri di kamar. Tidak ingin bicara. Tidak selera makan. Hanya menetap di kamar. Hingga hidupnya selesai.

Beberapa orang memang ada yang sengaja hanya berdiam di dalam kamar. Meski masih sibuk. Masih mencuci. Bekerja. Bahkan olah raga. Bagi mereka yang fasilitas kamarnya lengkap tentu akan merasa cukup hanya berdiam di dalam kamar.

Namun beberapa dari mereka merasa tetap perlu pergi keluar dari kamarnya. Kemudian bersiap menghadapi risiko untuk berhadapan dengan sepi.

Seorang perempuan remaja memaksa diri untuk pergi ke taman hiburan. Perjalanan dari kamar hingga tiba di taman hiburan bisa dilewati dengan lancar. 

Tiada sepi yang menyentuh dirinya. Hingga kemudian perempuan remaja ini terlalu takut untuk terus melangkah lebih jauh untuk masuk ke taman hiburan. Dipandangnya sepi yang berdesakan di setiap sisi dan sudut taman hiburan. Seperti tidak ada ruang bagi dirinya untuk masuk tanpa tersentuh sepi.

Tidak ada pilihan lain. Tekadnya sudah mantap. “Aku butuh hiburan ini. Aku akan masuk.” gumamnya dalam pikiran. Perempuan nekat berjalan menerobos masuk ke dalam taman hiburan. Kemudian bertabrakan dengan sepi.

Lelaki dewasa masih menatap perempatan jalan. Salah satu kegiatan yang menjadi wajib bagi dirinya untuk menjaga kesehatan pikiran. Kali ini lelaki mendapati pemandangan menarik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun