Mohon tunggu...
HAFIZAH
HAFIZAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi

Tetap tenang dan tawakal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Qira'at Al-Qur'an dalam Perspektif Gabriel Said

20 Juni 2024   09:40 Diperbarui: 20 Juni 2024   09:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Gabriel Said adalah seorang guru besar studi Islam dan Teologi di Universitas Notre Dame. Ia mengawali karir kesarjanaannya di Columbia University dengan ia mengambil program S1. Lalu ia telah menyelesaikan S2 (M. Phil.) dan S3 (Ph. D.) nya di Yale University. Gabriel said telah banyak melakukan penelitian mengenai apa saja yang berkaitan dengan Alquran, juga dengan isu-isu mengenai hubungan Muslim dan Kristen. 

Ia juga menulis dan Disertasi yang mengkaji tulisan Abd al-Jabbr (w. 1025) yang ia anggap luar biasa, mengenai Sejarah Islam dari agama Kristen. Dan juga banyak karya-karya yang sudah ia terbitkan.

Dari tulisan Gabriel Said Reynolds dalam bukunya "The Qur'an and Its Biblical Subtext" menyoroti pandangan terhadap qira'at atau ragam bacaan Al-Qur'an. Reynolds menyatakan bahwa qira'at ini menunjukkan variasi yang signifikan dibandingkan dengan teks yang diketahui dalam sejarah kewahyuannya. 

Pendekatannya sejalan dengan pandangan sarjana Barat sebelumnya seperti Noldeke, Schwally, Bergstrasser, dan Pretzl, yang meragukan otentisitas qira'at tersebut. Mereka bahkan berpendapat bahwa banyak qira'at tidak termasuk dalam mushaf "Usmani" yang beredar saat ini.

Adnin Armas menyebutkan klaim Gerd-R. Puin tentang penemuan mushaf lama di Yaman, yang berisi qira'at yang dianggap lebih tua dan lebih beragam dibandingkan dengan qira'at yang terkenal seperti qira'at tujuh, sepuluh, dan empat belas yang ada dalam mushaf 'Usmani.

Dari pendapat yang diberikan adalah bahwa Gabriel Said Reynolds mempertanyakan keabsahan qira'at Al-Qur'an yang berbeda-beda, berpendapat bahwa mereka tidak sepenuhnya mencerminkan teks yang diketahui dalam sejarah kewahyuan. 

Namun, pandangan ini tidak dapat diterima karena Al-Qur'an yang ada saat ini berasal dari mushaf yang disusun oleh Khalifah Usman, yang berdasarkan suhuf yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar dan disimpan oleh Umar bin Khattab serta Hafshah. 

Mushaf ini telah ditransmisikan dari generasi ke generasi melalui sanad yang terpercaya. Qira'at yang dikenal, seperti Qira'at Tujuh, Qira'at Sepuluh, dan Qira'at Empat Belas, diakui sebagai bacaan-bacaan resmi yang dikodifikasi pada awal abad ke-IV Hijriyah oleh Ibnu Mujahid.

Qira'at Sepuluh (al-Qira'at al-Ashar): Digagas oleh Ibn al-Jazr, terdiri dari para imam dan perawi yang sahih. Qira'at ini disepakati kemutawatirannya oleh ulama dan dapat dipilih oleh umat Muslim untuk membaca Al-Quran.

Qira'at Empat Belas (al-Qira'at al-Arba'ah Asyrah): Beberapa ulama menambahkan empat lagi kepada yang sepuluh, sehingga total menjadi empat belas. Qira'at ini dianggap otoritatif dan tidak bertentangan dengan teks Mushaf Usmani.

Qira'at Non-Kanonik: Merujuk pada bacaan-bacaan yang terdapat dalam naskah-naskah sebelum Mushaf Usmani. Contoh qira'at ini terdapat dalam mushaf Ibn Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, dan Abu Musa al-Asy'ari. Perbedaan Mushaf Ibn Mas'ud: Ada perdebatan mengenai keaslian dan isi Mushaf Ibn Mas'ud. 

Beberapa riwayat menyebutkan perbedaan susunan dengan mushaf yang diakui saat ini, sementara yang lain mengatakan isi keduanya sama.Kontroversi tentang Mushaf Ibn Mas'ud: Setelah wafatnya Ibn Mas'ud, terdapat klaim bahwa ia menyesal dan menyusun ulang mushaf pribadinya mengikuti susunan Mushaf Usmani, menunjukkan bahwa isi keduanya seharusnya sama.

Dalam kesimpulannya, meskipun ada riwayat yang mencatat perbedaan dalam mushaf Ibn Mas'ud, mayoritas ulama cenderung memandang bahwa isi yang sekarang diakui lebih konsisten dengan apa yang disusun oleh Ibn Mas'ud pada masa hidupnya.

Pembahasan ini mengkaji pandangan Gabriel Said Reynolds tentang keberagaman bacaan dalam Al-Quran, baik qiraah kanonik maupun non-kanonik, kesahihan dan fungsinya dalam penafsiran Al-Quran. 

Mayoritas ulama berpendapat bahwa qiraat dalam mushaf Usmani bersifat mutawatir dan bersumber dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan qiraat selain qiraat yang terdapat dalam mushaf Ibnu Masud, mushaf Ubay bin Kaab dianggap qiraah syazah dan tidak diakui oleh ulama karena rantai sanad dianggap bermasalah. 

Namun pendapat Gabriel Said Reynolds mengatakan bahwa adanya keberagaman bacaan dalam mushaf Utsmaniyah disebabkan oleh spekulasi bacaan yang dilakukan oleh para pembaca Al-Quran kuno karena tidak adanya titik dan tanda diakritik pada teks-teks yang ada, sehingga membuat pembaca leluasa dalam membunyikan kata tersebut. 

Sesuai dengan keinginannya. Reynolds juga mengklaim banyak qiraat di luar Naskah Ottoman yang digunakan oleh para komentator sebagai pembenaran penafsirannya. Melalui penelitian ini, ia menyimpulkan bahwa Gabriel Said Reynolds meragukan keaslian qiraat dalam Naskah Ottoman. Pandangan Reynolds ini menarik untuk dikaji, karena bertentangan dengan pandangan umum para ulama yang menganggap bahwa qiraat yang ada merupakan ragam bacaan Al-Quran yang diyakini bersumber langsung dari Nabi Muhammad saw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun