Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan dalam Sepatu

25 Juni 2024   13:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:49 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi suatu waktu Kahar terjebak juga sebuah kata yang ia tak temukan padanannya tanpa huruf r. Kata sumur. Seorang pelanggan sengaja menggodanya.

"Har, sembarang kali kau letak timba di atas apa itu, jatuh pulak timba kau sekarang ke dalam apa itu..., ke dalam apa kau itu di belakang...." ujar seorang pelanggan yang baru kembali dari toilet di belakang kedai.

"Sumuyr...?" ucap Kahar spontan membuat seisi kedai tertawa mendengar huruf r yang samar.

"Eh, maksud aku peyrigi...," kata Kahar yang kali ini membuat semua pelanggan terpingkal-pingkal.

Tak cukup menggodanya karena celat alias cadel, Kahar juga acap jadi bahan gurau para pelanggan yang menyebutnya bujang lapuk. Seorang pelanggan paruh baya selalu jadi pemicu seloroh mengaitkan Kahar dengan rubrik surat kabar zaman dulu, Kontak Jodoh.

"Kalau saja kau bujang jaman dulu Har, cepat kau dapat jodoh. Banyak gadis virgo, janda taat beragama, gadis manis sederhana, gadis luwes hobi masak, tinggal kau pilih. Terus apa lagi nama-nama mereka lupa aku... O, janda pandai bahasa Inggris...," goda pelanggan itu.

"Aku juga dapet istri dari sana, sekretaris berwawasan luas. Eeh tiap hari mrepet...," katanya lagi, seisi kedai tergelak meledak.

"Lantam kali mulut kau Bang...," balas Kahar ikut tertawa sembari berlalu menuju gudang usaha barunya yang dia bangun bulan lalu di sebelah kedai.

Siang tadi 2 koli pakaian bekas tiba dari Gedebage Bandung. Di sana ada kenalan Kahar yang membeli pakaian bekas dari luar negeri, lalu mengirim ke penjual-penjual di daerah. Satu kolian besar baju dan celana bekas isi sekitar 200 pcs dijual pada Kahar seharga Rp 8 juta.

Setelah disortir dan dicuci, Kahar akan memberi merek dagang tokonya. Pernah Kahar berpikir, memberi label merek bisa mengelabui pembeli yang mengira barang baru. Tapi tak mengapa, toh tak semua barang dia beri label, seperti sepatu yang memang pembeli mengincar sepatu bermerek. Bersama 1 koli baju celana, Kahar juga membongkar 1 koli sepatu.

Tapi tak semua sepatu berdakap dengan pasangannya, Kahar harus mencari-cari setelan beberapa yang terpisah dari ikatan satu sama lain. Sampai semua sepatu telah saling berpagut, ada sebuah yang tak ada kembarannya. Dicari-cari tak kunjung berpaut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun