Kali ini kemauannya sudah bulat, Beki harus menjawab omelan Suli setiba di rumah besok dengan seonggok uang. Membawakan Kipli satu kotak es krim paling enak yang pernah Kipli rasakan nikmatnya.
Beki keluar dari lorong got yang berbau busuk.
Dia tak sabar hendak mencungkil lubang kunci dengan segenap kehebatannya sebagai seorang ayah bagi keluarga. Seorang laki-laki yang melindungi semua orang di dalam rumahnya. Seorang ayah yang tak sudi membiarkan keluarga sedih dan kecewa.
Kini Subeki sudah berada di mulut lorong tempat dia bersembunyi. Siap beraksi. Tetapi lagi-lagi dia harus menahan langkah kakinya.
Beki melihat seseorang mendekati sepeda motor yang dia incar sejak berjam-jam lalu. Orang itu datang entah dari mana. Pasti bukan dari dalam warnet karena Beki tak melihat siapapun keluar.
Orang itu duduk di atas jok dan menusuk lubang kunci dengan sebuah benda yang sama seperti di dalam saku Beki. Sebuah kunci T...!
Beki terhenyak. Mulutnya menganga. Dia ingin memekik tapi tenggorokannya tak sanggup melontar bunyi saat suara mesin motor kini terdengar di telinganya. Tinggal sedetik untuk orang itu membalikkan motor ke arah jalan raya.
Di tengah dirinya yang mematung dan merasa bodoh, sekonyong-konyong si tambun di dalam warnet keluar bersama sejumlah orang lain. Mereka berhamburan dan menyeruak melewati pintu warnet dengan wajah tegang.
"Maliiing.... Maliiiiiinngg... Maliiiinng..!!!"
Tak perlu menunggu komando menggiring orang-orang menuju titik yang diteriaki si tambun. Pemilik lapak yang buka hingga dini hari, anak-anak muda pengamen jalanan, tukang tambal ban yang bekerja hingga subuh, semua orang, melesat menuju motor yang dikendalikan membabibuta itu.
Orang itu terjerembab di aspal jalan saat dia melaju kencang, setelah seseorang menendang bagian pinggangnya. Pelaku curanmor itu terjengkang dan dikepung orang-orang. Tubuhnya diangkat dari aspal untuk dipukuli beramai-ramai.