Senja datang perlahan,
menghapus bayang siang yang perlahan pudar,
warna jingga menari di langit,
mengundang rindu yang tertanam dalam sunyi.
Aku duduk di beranda,
secangkir teh mengepul di genggaman,
aromanya hangat,
seperti kenangan yang kau tinggalkan.
Rindu ini seperti daun teh yang larut,
perlahan mewarnai air,
menyusup ke setiap sudut hati,
menghidupkan kembali cerita yang pernah mati.
Angin membawa bisikan,
seperti suaramu yang samar namun nyata,
menyapa dari kejauhan,
di antara gemuruh langit dan lembayung senja.
Andai kau di sini,
kita berbagi sunyi,
secangkir teh,
dan percakapan yang tak perlu kata.
Namun, senja hanya milikku malam ini,
rindu berbisik,
teh tetap hangat,
dan kau tetap jauh,
seperti bintang yang tak pernah ku gapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H