Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Nothing but busy🤍 "Dunia terlalu indah untuk dilewatkan tanpa sebuah cerita visual. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelukan langit

22 Desember 2024   07:33 Diperbarui: 22 Desember 2024   07:33 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pelukan ibu, aku temukan semesta,  

Hangatnya seperti mentari yang tak pernah alpa.  

Tangannya lembut, membelai luka,  

Menenangkan hati, menutup celah duka.  

Ibu adalah langit, tempat mimpi terbang,  

Melindungi bumi dari badai yang datang.  

Doanya adalah bintang, menerangi malam,  

Membimbing langkah, jauh dari kelam.  

Wajahnya adalah peta waktu,  

Garis-garis lelah yang tak pernah mengeluh.  

Setiap senyum yang ia ukir untukku,  

Adalah cerita cinta yang tak pernah rapuh.  

Ibu, engkau adalah hujan di musim kering,  

Menghidupi tanah tandus dengan kasih yang hening.  

Engkau adalah rumah, tempatku kembali,  

Di mana aku temukan cinta yang abadi.  

Jika dunia memberiku seribu alasan untuk menyerah,  

Ibu adalah satu alasan aku bertahan.  

Dalam doamu aku mendengar harapan,  

Dan dalam cintamu aku temukan kehidupan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun