Di antara bisikan angin senja,
ada janji terucap tanpa suara,
menggema lembut dalam harapan,
membelai hati yang haus kepastian.
Ekspektasi tumbuh bagai bunga,
indah, rapuh, menanti nyata,
setiap kelopak mengandung asa,
namun akarnya tak selalu berpijak di dunia.
Manisnya janji menjelma ilusi,
melingkar erat dalam mimpi-mimpi,
menyulap realita menjadi dongeng,
menghapus batas antara nyata dan bayang.
Namun, di balik indahnya kata,
terselip duri yang tak teraba,
ekspektasi kadang jadi beban,
membawa luka saat janji terlewatkan.
Oh, janji manis, akankah kau nyata?
Ataukah hanya bayang di cakrawala?
Meski hatiku terus berharap,
aku belajar, tak semua kata mesti kupegang erat.
Dan kini aku berjalan perlahan,
membawa harapan yang tak lagi berlebihan,
menghargai nyata, walau sederhana,
lebih indah daripada mimpi yang fana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H