Di tangan yang gemetar, pena diangkat,
Melukis kata di atas lembar yang hening,
Setiap goresan adalah jiwa,
Setiap titik adalah mimpi yang membayang.
Buku terbaring setia,
Menerima segala rahasia tanpa bertanya,
Menjadi wadah bagi dunia yang tak kasat mata,
Menjaga cerita dalam bisu yang abadi.
Pena berbicara dalam bahasa hati,
Menghidupkan harapan yang terselip di sudut malam,
Menulis luka, tawa, dan asa,
Mengisi lembar-lembar yang menunggu sentuhan.
Buku, sang penjaga waktu,
Menelan sejarah tanpa menilai,
Mengabadikan momen dalam barisan huruf,
Menjadi saksi bagi keberanian yang tak terucap.
Di antara pena dan buku,
Terdapat dunia yang tak terbatas,
Ruang di mana jiwa bebas berkelana,
Menemukan makna di setiap aksara.
Setiap huruf adalah nyawa yang tertanam,
Menyulam impian menjadi kenangan,
Merangkai duka menjadi kekuatan,
Mengisi sunyi dengan harmoni kehidupan.
Buku adalah rumah bagi angan,
Pena adalah kuncinya,
Ketika keduanya bersatu,
Waktu pun tunduk pada kata-kata.
Di sudut malam yang gelap,
Pena tak lelah menari,
Menghidupkan sunyi dengan irama,
Mengukir sejarah di lembar-lembar yang haus.
Dan saat halaman terakhir tertutup,
Buku tetap diam,
Namun jejak pena tak pernah sirna,
Ia terus hidup, di hati yang membacanya,
Mengalir dalam aliran waktu,
Abadi di dalam setiap jiwa yang terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H