Sosok itu. Tinggi, membungkuk, dengan wajah yang samar-samar terlihat dalam kegelapan, tapi cukup jelas untuk membuat Rina mundur beberapa langkah. Matanya cekung, hitam pekat, seolah kosong, tanpa kehidupan. Mulutnya menyeringai lebar, memperlihatkan gigi-gigi tajam dan tidak rata, seperti predator yang sedang menunggu mangsanya.
"Rina..." Suara parau itu memanggil namanya, pelan tapi menusuk ke dalam pikirannya.
Rina terpaku. Bagaimana makhluk itu tahu namanya? Tubuhnya membeku di tempat, tak mampu bergerak atau berteriak. Nafasnya terhenti. Makhluk itu bergerak lebih dekat, meluncur dengan gerakan aneh, seakan tidak memiliki tulang.
Di tengah keterdiamannya, tiba-tiba terdengar bunyi keras dari luar. Suara klakson mobil yang melintas di jalanan sepi mengembalikan kesadarannya. Rina tersentak, dan dalam sekejap, sosok itu hilang. Tidak ada jejaknya, tidak ada tangan yang menjulur, tidak ada napas berat. Pintu dapur tertutup rapat, seolah tak pernah terbuka.
Rina terjatuh di lantai, berkeringat dingin, napasnya tersengal-sengal. Apakah itu mimpi? Apakah tadi nyata?
Namun, sebelum sempat menenangkan diri, ia melihat sesuatu di lantai. Jejak kaki hitam, panjang, dan dalam. Jejak itu mengarah ke tempat di mana makhluk itu berdiri... lalu menuju ke arah kamar tidurnya.
Malam ini, apa pun itu belum selesai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI