Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - Pencinta kata yang berbisik

Nothing but busy🤍 "Penggemar kata-kata yang mengalir dalam rima dan makna. Menuliskan puisi sebagai bentuk suara hati, merangkai setiap baris untuk menghidupkan keindahan dan perasaan yang tersembunyi. Temukan jejak cerita, cinta, dan renungan dalam tiap sajak yang kutulis. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Malam Ini

8 September 2024   19:09 Diperbarui: 8 September 2024   19:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

MALAM INI

Malam ini, lebih sunyi dari biasanya. Angin berdesir lembut, membawa aroma basah tanah yang baru saja tersiram hujan sore tadi. Langit pekat, tak sebutir bintang pun terlihat, seolah malam ini menyembunyikan segala cahaya.

Rina duduk di kursi kayu di sudut ruang tamu rumahnya yang tua. Lampu kuning temaram menggoreskan bayangan panjang di dinding, memberikan kesan ruangan yang lebih besar dan lebih kosong daripada sebenarnya. Di tangannya, sebuah buku tua terbuka, tapi pikirannya melayang, tak fokus pada kata-kata di halaman itu.

Malam ini terasa aneh. Terlalu hening, seakan alam menahan napas. Ponsel Rina yang tergeletak di meja berkedip, menunjukkan pukul 23:47. Masih terlalu awal untuk tidur, namun rasa lelah merayapi tubuhnya. Matanya beralih ke jendela besar di ruang tamu yang menghadap ke halaman belakang. Gelap, seperti menatap ke dalam kehampaan.

Tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat sesuatu bergerak di balik tirai. Jantungnya berdegup kencang. Awalnya ia berpikir itu hanya bayangan, namun kemudian terdengar suara samar, seperti langkah kaki menyeret di lantai kayu tua. Rina menegang, merasakan bulu kuduknya meremang.

Dia berdiri perlahan, tak berani mengeluarkan suara. Dengan langkah hati-hati, dia mendekati jendela, mencoba mengintip ke luar. Halaman belakang rumahnya kosong, hanya pohon-pohon tua yang melambai pelan ditiup angin. Tidak ada siapa pun. 

Tapi langkah itu kembali terdengar---kali ini lebih dekat. Dari balik ruangan yang gelap, terdengar suara lain: pintu belakang berderit perlahan, terbuka sedikit demi sedikit. Rina menahan napas, mencoba mengingat apakah ia sudah mengunci pintu itu. Seingatnya, pintu belakang selalu terkunci rapat sebelum tidur.

Langkah-langkah itu semakin mendekat, gemanya terasa nyata di sekujur tubuhnya. Ada sesuatu di sana. Di dalam rumah. Sesuatu yang tidak seharusnya ada. 

Ketika suara pintu akhirnya berhenti, Rina menyadari bahwa apa pun itu sekarang sudah berada di ruang dapur. Jaraknya hanya beberapa langkah dari ruang tamu. Matanya menatap pintu dapur yang sedikit terbuka, membiarkan bayangan pekat di baliknya tampak samar. Napasnya semakin cepat, rasa dingin menjalar di tangannya.

Ia mendengar suara napas berat dari balik pintu dapur. Suara itu tidak mungkin milik manusia. Terlalu dalam, terlalu parau. Jantung Rina berdegup makin kencang, hampir meledak di dadanya. 

Perlahan, tangan hitam kurus menjulur dari balik pintu, mencengkeram tepi kusen. Suara kuku panjang yang mencakar kayu membuatnya menggigil ketakutan. Tangan itu, dengan jemari yang seperti tulang tanpa daging, merambat pelan, seolah merasakan tekstur kayu, dan akhirnya sesuatu mulai muncul dari kegelapan.

Sosok itu. Tinggi, membungkuk, dengan wajah yang samar-samar terlihat dalam kegelapan, tapi cukup jelas untuk membuat Rina mundur beberapa langkah. Matanya cekung, hitam pekat, seolah kosong, tanpa kehidupan. Mulutnya menyeringai lebar, memperlihatkan gigi-gigi tajam dan tidak rata, seperti predator yang sedang menunggu mangsanya.

"Rina..." Suara parau itu memanggil namanya, pelan tapi menusuk ke dalam pikirannya.

Rina terpaku. Bagaimana makhluk itu tahu namanya? Tubuhnya membeku di tempat, tak mampu bergerak atau berteriak. Nafasnya terhenti. Makhluk itu bergerak lebih dekat, meluncur dengan gerakan aneh, seakan tidak memiliki tulang.

Di tengah keterdiamannya, tiba-tiba terdengar bunyi keras dari luar. Suara klakson mobil yang melintas di jalanan sepi mengembalikan kesadarannya. Rina tersentak, dan dalam sekejap, sosok itu hilang. Tidak ada jejaknya, tidak ada tangan yang menjulur, tidak ada napas berat. Pintu dapur tertutup rapat, seolah tak pernah terbuka.

Rina terjatuh di lantai, berkeringat dingin, napasnya tersengal-sengal. Apakah itu mimpi? Apakah tadi nyata?

Namun, sebelum sempat menenangkan diri, ia melihat sesuatu di lantai. Jejak kaki hitam, panjang, dan dalam. Jejak itu mengarah ke tempat di mana makhluk itu berdiri... lalu menuju ke arah kamar tidurnya.

Malam ini, apa pun itu belum selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun