Di ujung senja yang merah,
Kawat berduri terhampar,
Membentang batas tak terlihat,
Antara mimpi dan kenyataan.
Ia tak berwajah, tak bersuara,
Namun, luka yang ia titipkan,
Dalam hati yang rapuh,
Menggoreskan jejak yang dalam.
Di balik duri-duri tajam,
Ada cerita yang tersimpan,
Tentang perjuangan, tentang harapan,
Tentang mimpi yang terhalang.
Langit kelabu, awan kelam,
Seakan meniru derita,
Namun, di tiap tetes hujan,
Tersirat doa-doa yang terpendam.
Oh, kawat berduri,
Mengapa kau berdiri?
Menahan langkah kaki,
Yang ingin mengejar mimpi.
Suatu hari, durimu akan pudar,
Tergantikan bunga-bunga mekar,
Dan di sana, di tanah yang bebas,
Mimpi akan terbang, tanpa batas.