Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Gumbo: Rempah Penikmat dan Tanaman Obat dari Kerinci

28 Februari 2023   20:59 Diperbarui: 1 Maret 2023   16:30 1973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas daunnya seperti percampuran sirih dan keladi, berbentuk hati bisa selebar piring makan dengan warna hijau tua. Akan tetapi, tanaman ini tidak menjalar seperti sirih dan tidak berumbi seperti keladi. 

Batangnya kecil sebagaimana dijumpai pada tanaman perdu. Keistimewaan pada tanaman ini adalah ketika daunnya dirobek, aroma khas tercium  semerbak. Maka tak salah, tanaman ini digolongkan sebagai tanaman rempah.  

Tanaman Apakah yang dimaksud? 

Orang Kerinci menyebut tanaman ini sebagai gumbo. Akan tetapi, secara ilmiah dinamakan sebagai Piper umbellatum L. Awalan nama piper menunjukkan bahwa gumbo tergolong suku piperaceae atau suku sirih-sirihan. 

Oleh sebab itu, tidak salah daunnya memiliki kemiripan dengan daun sirih dan lada. Pun begitu pula dengan manfaatnya, tidak jauh dari “sepupunya” sirih dan lada. 

Pada masyarakat Kerinci, gumbo dijadikan sebagai bumbu masakan sekaligus sebagai tanaman obat. Di wilayah Siulak, daun gumbo ditambahkan sebagai penguat rasa ketika memasak pepes ikan yang disebut sebagai “paih”. 

Daun gumbo diiris kecil-kecil bersama ikan siluang, parutan kelapa, serta bawang merah, bawang putih, kunyit, dan cabe merah yang sudah dihaluskan. Setelah itu, dibungkus dengan daun pisang dan dipanggang diatas bara api. 

Adonan paih gumbo sebelum dibakar| Dokumentasi pribadi
Adonan paih gumbo sebelum dibakar| Dokumentasi pribadi

Aroma gumbo yang keluar setelah proses pembakaran, menyebabkan hilangnya bau amis ikan dan menambah cita rasa “paih” yang dimasak. Sampai saat ini, paih gumbo menjadi salah satu hidangan tradisional favorit, meskipun sangat jarang ditemukan.

Selain sebagai bumbu masakan, gumbo memiliki manfaat lain sebagai tanaman obat-obatan. Sebagaimana penelitian Fransiska dkk. tahun 2022, masyarakat Tamiai Kerinci menggunakan daun gumbo sebagai salah satu ramuan obat untuk kanker payudara. 

Daun Gumbo beserta Jerangau dan kunyit melai (bangle) direndam dan kemudian hasil rendaman tanaman tersebut dioleskan pada bagian yang sakit. 

Sementara itu, di desa Sungai Deras Kerinci, gumbo dimanfaatkan sebagai obat luka (Lestari, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hariyadi (2012) menunjukkan bahwa masyarakat Serampas menggunakan gumbo sebagai obat sakit perut.

Manfaat gumbo sebagai tanaman obat-obatan lokal ternyata telah dibuktikan pula secara ilmiah. Sebagaimana hasil penelitian Junior dkk (2012) dan Arunachalam dkk. (2020) bahwa Piper umbellatum L. memiliki kandungan senyawa yang dapat mengobati masalah peradangan sistem pencernaan seperti lambung dan usus.

Sayangnya, tanaman ini agak susah ditemukan.  Gumbo hidup di daerah tropis, dengan temperatur lembab dan curah hujan tinggi. Sebarannya mencakup wilayah Amerika Latin dan Asia Tenggara-Pasifik. 

Di Kerinci, tanaman ini ditemukan di pinggir rawa dan sungai yang tertutup rimbunan pohon dan tanaman. 

Biasanya di sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat dan sekitar kawasan hutan adat. Selain itu, jarang pula masyarakat Kerinci yang membudidayakannya karena sulit tumbuh di pekarangan rumah.

Penasaran dengan rasa daun gumbo?tidak ada salahnya mencobanya sebagai rempah penikmat.

Referensi

Fransiska, Z., Arianto, W., & Anwar, G. (2022). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Desa Tamiai Kecamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Journal of Global Forest and Environmental Science, 2(1), 39-50.

Hariyadi, B., & Ticktin, T. (2012). Uras: medicinal and ritual plants of Serampas, Jambi Indonesia. Ethnobotany Research and Applications, 10, 133-149.

Arunachalam, K., Damazo, A. S., Macho, A., Lima, J. C. D. S., Pavan, E., Figueiredo, F. F., Oliveira, D. M., Cechinel-Filho, V., Wagner, T. M., & Martins, D. T. O. (2020). Piper umbellatum L. (Piperaceae): Phytochemical profiles of the hydroethanolic leaf extract and intestinal anti-inflammatory mechanisms on 2,4,6 trinitrobenzene sulfonic acid induced ulcerative colitis in rats. Journal of ethnopharmacology, 254, 112707. https://doi.org/10.1016/j.jep.2020.112707

da Silva Junior, I. F., Balogun, S. O., de Oliveira, R. G., Damazo, A. S., & Martins, D. T. O. (2016). Piper umbellatum L.: A medicinal plant with gastric-ulcer protective and ulcer healing effects in experimental rodent models. Journal of ethnopharmacology, 192, 123–131. https://doi.org/10.1016/j.jep.2016.07.011

Lestari, Reni. (2011). Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Kerinci di sekitar Hutan Adat Bukit Tinggai Desa Sungai Deras, Kabupaten Kerinci – Provinsi Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun