Pada tahun 236 Hijriah (851 MMasehi), Khalifah al-Mutawakkil menambahkan lapisan emas di permukaan batu. Beberapa tahun kemudian, al-Mutawakkil juga memperbaiki "kursi" tempat maqam Ibrahim diletakkan. Ia mengganti lapisan timah pada kursi dengan perak serta membuat kubah pada cungkup dengan kayu berkualitas.
Pada tahun 251 Hijriah (866 M), al-Mutawakkil memerintahkan untuk mengambil kembali lapisan emas yang ditambahkan olehnya pada maqam. Hal ini untuk membiayai perang melawan pemberontak syiah yang dipimpin oleh Ismail bin Yusuf.
Pada tahun 256 Hijriah (871 Masehi) pasca pemberontakan, restorasi besar-besaran dilakukan terhadap maqam tersebut. Hal ini seperti yang dilaporkan dan disaksikan oleh al-Fakihi.Â
Al-Fakihi menulis bahwa di tahun tersebut, penjaga maqam melaporkan kepada Gubernur Mekkah Ali bin al-Hasan bahwa batu maqam mengalami keretakan. Sang gubernur memerintahkan untuk memperbaiki batu dengan menyatukan bagian yang retak.
 Saat restorasi berlangsung semua lapisan logam penguat makam dilepas. Dari situ diketahui bahwa batu telah pecah menjadi tujuh bagian karena lapisan amalgam yang mengikat batu sudah tidak ada. Gubernur Mekkah kemudian menambah penguat batu dengan paku dan ikatan yang terbuat dari emas dan perak.
Tercatat sekitar 1992 mistqal emas (setara 8,84 kg emas) dan 1694 dirham perak yang digunakan. Setelah selesai diperbaiki batu yang telah disatukan tersebut dibawa kembali ke tempatnya di depan Kakbah. Saat itulah al-Fakihi melihat dan menyalin tiga baris tulisan yang masih terbaca di batu tersebut.
al-Fakihi berusaha memahami isi tulisan tersebut dan menanyakan tulisan tersebut pada ahlinya. Ali Bin Zaid al-Faraidi mengatakan bahwa prasasti di maqam Ibrahim ditulis dengan aksara Himyari (gambar 3). Abu Zakariyya al-maghribi yang mempelajari tulisan mesir kuno menerjemahkan tulisan tersebut. Baris pertama ditulis "Inni anaa Allah la ilaha illa anaa" (sesungguhnya Akulah Allah, tidak ada yang berhak disembah selain Aku). Baris kedua, berbunyi "Malik la yaram" (Raja yang tidak terjangkau). Baris ketiga, berbunyi "Isbaut" (yang Abadi).
Laporan al-Fakihi tentang tulisan di Maqam Ibrahim dikupas oleh  M.J.Kister. Ia menulis artikel berjudul "Maqam Ibrahim: A Stone with an Inscription" pada tahun 1971. Di dalam Artikelnya, Kister menulis tentang sejarah maqam Ibrahim serta menerjemahkan laporan al-Fakihi.Â
Kister juga melampirkan salinan prasasti yang ditulis al-Fakihi di abad ke-9 M. Kister mengklaim bahwa naskah salinan prasasti maqam Ibrahim oleh al-Fakihi ini disimpan di Leiden. Kister sendiri masih meragukan keaslian salinan dan laporan al-Fakihi tersebut.Â