Oleh sebab itu, bejana perunggu ini menjadi salah satu koleksi masterpiece di Museum Nasional Indonesia.
Bejana ini menjadi bukti bahwa manusia yang menghuni Kerinci di masa lalu telah menjalin kontak budaya dengan dunia luar, terutama dengan wilayah Dongson sebagai titik pusat peradaban perunggu di Asia Tenggara masa lampau.
Nah, kira-kira bagaimana nenek moyang orang Kerinci berinteraksi dengan mereka ya?
Selubung Lengan dan Bidang Pukul Nekara
Selain bejana, museum nasional juga menyimpan artefak perunggu lain yang berasal dari Kerinci yaitu selubung lengan dan bidang pukul nekara.
Dua benda ini ditemukan sekitar tahun 1936 di sisi selatan Danau Kerinci. Heekeren kemudian memuat deskripsi singkat tentang temuan ini dalam bukunya yang berjudul the Bronze-Iron Age of Indonesia".
Selubung lengan memiliki panjang sekitar 119 mm sedangkan bidang pukul nekara berdiamater 708 mm. Kondisi bidang pukul nekara sudah pecah dan aus sehingga hanya sedikit motif yang masih terlihat.
Jangki
Jangki adalah alat angkut tradisional orang Kerinci yang terbuat dari anyaman rotan dan bambu. Jangki juga sangat beragam jenisnya. Ada jangki yang menjadi pengangkut padi, kayu dan barang dagangan.
Jangki seperti ini ukurannya lebih besar dan panjang dan cara membawanya diletakkan di bagian punggung dengan talinya disangkutkan di kepala.