Akhirnya, saya berkonsultasi ke dokter kulit ternama di tempat tinggal saya. Katanya, saya mengalami telogen effluvium akut setelah sembuh dari covid-19.Â
Berita baiknya, rambut yang rontok akan tumbuh kembali dalam rentang waktu tiga bulan. Saya hanya diberikan vitamin mengandung unsur zinc dan disarankan menggunakan tonik dan sampo anti rambut rontok.
Tidak puas dengan penjelasan dokter, saya mencari jurnal-jurnal ilmiah terkait dengan telogen effluvium pada penyintas covid. Ada banyak sekali jurnal yang menjelaskan hal tersebut.Â
Telogen Effluvium adalah kerontokan rambut dalam lebih dari 100 helai perhari yang terjadi secara tiba-tiba. Penyebabnya adalah stress fisik dan psikologis yang mendera seseorang. Biasanya gejala ini muncul 2 atau tiga bulan setelah sembuh dari stress tersebut.Â
Sedikit berbeda dari penderita Covid-19, gejala telogen effluvium muncul lebih awal setelah seseorang dinyatakan sembuh. Biasanya hanya sekitar 3 minggu hingga 1,5 bulan setelahnya.
Penyebab timbulnya telogen effluvium dapat dijelaskan secara ilmiah. Normalnya, folikel rambut di kulit kepala ditumbuhi rambut anagen (rambut yang terus tumbuh) sebanyak 85 persen, rambut katagen  yaitu rambut dalam fase istirahat, dan rambut telogen yaitu rambut dalam fase rontok sebanyak 15 persen.Â
Ketika seseorang terserang covid 19, tubuh  akan fokus mememerangi virus sehingga membuat banyak rambut anagen berhenti tumbuh atau memasuki masa istirahat.Â
Barulah, beberapa bulan kemudian rambut katagen tersebut rontok atau memasuki fase telogen ditandai dengan kerontokan dalam jumlah banyak. Beberapa penyintas dilaporkan kehilangan hampir 50 persen rambutnya.
Rambut yang rontok akibat telogen effluvium memiliki struktur yang khas. Kalau diperhatikan rambut tersebut rontok dari akarnya.Â
Ditandai adanya bulb atau bulatan oval di pangkal rambut berwarna putih atau putih kekuningan. Selain itu, bagian pangkal rambut juga berwarna putihkerena tidak adanya pigmen sementara bagian tengah dan ujungnya tetap berwarna hitam.