Jikalau saja waktu itu pekerja proyek menghentikan aktivitasnya kemudian melaporkan temuan ini kepada pemerintah, tentu ceritanya tidak seperti sekarang. Pihak pemda bersama pihak terkait bisa memikirkan solusinya terbaik untuk hal ini. Misalnya, pemindahan lokasi pembangunan rumah sakit, ekskavasi penyelamatan dan lain sebagainya.
Meskipun sudah sangat terlambat, melalui tulisan ini saya berusaha berbagi dan melaporkan ke publik tentang apa yang terjadi di daerah menyangkut cara mereka memperlakukan tinggalan arkeologis semacam ini. Saya yakin kejadian yang saya ceritakan tidak hanya terjadi di Kerinci, tetapi juga di berbagai tempat di Indonesia yang tidak terjangkau pemberitaan.
Perusakan situs arkeologi ini, menambah daftar panjang kehilangan data penting untuk mengungkapkan peradaban yang pernah berkembang di Bumi Sakti Alam Kerinci, Dataran Tinggi Jambi. Lembah subur yang tak pernah surut daya tariknya. Lembah yang mengundang manusia dari berbagai tempat untuk menghuninya sejak ribuan tahun lalu .
Bersama bang DP, saya berdiri di tengah ilalang yang mulai tumbuh dan menutupi serakan tembikar. Kami membayangkan, penelitian arkeologis dapat dilakukan di tempat ini sesegera mungkin. Dengan demikian, data-data arkeologi yang masih tersisa dapat terselamatkan. "Saya tidak tertarik dengan nilai mistis dan ekonomisnya, saya Cuma ingin tahu sejarahnya dan sejak kapan manusia tinggal di sekitar ini", ujar bang DP.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI