Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hubungan Abadi antara Manusia dan Batu

19 November 2019   20:43 Diperbarui: 19 November 2019   21:04 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat batu prasejarah (ilustrasi). Sumber: jogja.tribunnews.com

Apa yang kita pikirkan ketika bertemu batu  tergeletak di jalanan? Sudah pasti kita abaikan begitu saja, karena tiada hal yang menarik darinya atau mungkin kita akan melemparnya dari jalanan karena dianggap menganggu. 

Namun tahukah kita bahwa manusia sesungguhnya sangat butuh dan tergantung dari keberadaan bebatuan. Bahkan, sejak kemunculan manusia purba di dunia.

Dalam kehidupan terawal, manusia membutuhkan batu sebagai peralatan untuk berburu dan mengumpulkan makanan. 

Manusia purba seperti Homo erectus yang hidup sekitar 3 juta tahun yang lalu telah memanfaatkan batu sebagai alat pemotong. Mereka memecahkan sisi-sisi batu tertentu dengan batu pukul sehingga sisi-sisinya menjadi sangat tajam. 

Alat batu yang mereka gunakan disebut sebagai kapak batu dengan bentuk beraneka ragam meski pengerjaannya masih sangat kasar. 

Di Indonesia, kapak-kapak batu yang digunakan oleh manusia purba ini lazim disebut kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam dan kapak pembelah.

Penggunaan batu sebagai alat untuk berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut hingga kemunculan manusia modern, sekitar 300 ribu tahun yang lalu.

 Akan tetapi, karena kemampuan berpikirnya yang semakin berkembang, alat-alat batu yang mereka gunakan pengerjaannya semakin halus dan mengandung unsur estetis. 

Pada masa ini, mereka tidak hanya menajamkan sisi batu dengan cara dipukul tetapi juga menghaluskan permukaannya  (dipoles atau diupam). Mereka juga sudah mampu memilih jenis batu yang baik sebagai alat berburu seperti obsidian yang lebih tajam dan lebih mudah dibentuk. 

Dari sini muncullah berbagai jenis alat batu yang disebut kapak lonjong,dan beliung persegi. Selain itu, mereka juga mulai memanfaatkan batu sebagai perhiasan dengan cara membentuk batu sedemikian rupa dan kemudian mengupam permukaannya. 

Ketika batu telah menjadi perhiasan ianya juga dapat menjadi penanda status sosial, karena sudah dipandang sebagai barang berharga.

Teknologi yang semakin maju dan kemampuan berpikir yang berkembang, telah menjadikan manusia beralih kepada penggunaan logam sebagai alat untuk bercocok tanam dan berburu. Namun, tidak serta merta batu ditinggalkan begitu saja. 

Di zaman perunggu-besi, batu telah mengalami perkembangan nilai dan fungsi. Mereka tidak hanya menyandang fungsi profan tetapi juga bernilai sakral.

Batu yang memiliki kesan kokoh, dan materi dapat bertahan selama ribuan telah dianggap oleh manusia memiliki kekuatansupernatural. Oleh sebab itu, tugu-tugu batu didirikan sebagai media untuk memperoleh dan terhubung dengan kekuatan supernatural itu. Mereka juga didirikan sebagai media untuk mengagungkan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai pelindung. 

Kemampuan manusia dalam menggunakan alat besi, mendorong mereka menambahkan unsur estetis pada batu yang disakralkan. Berbagai macam simbol yang terkait dengan unsur-unsur spiritual dan leluhur mereka dipahatkan di permukaan batu. Biasanya berupa tanda-tanda geometris. simbol-simbol binatang yang dianggap sebagai totem dan lain sebagainya. 

arca batu di Lore Lindu, Poso. Sumber. Sacredsites.com
arca batu di Lore Lindu, Poso. Sumber. Sacredsites.com

Tidak sampai di situ, pada perkembangan selanjutnya, manusiakemudian membentuk berbagai arca dan patung dari batu serta menjadikannya sebagai bahan untuk mendirikan bangunan-bangunan suci. 

Misalnya saja, piramida Giza di Mesir, tersusun atas sekitar 2 juta 300 ribu blok batu kapur, Candi Borobudur tersusun atas sekitar 2 juta blok batu andesit.

Dalam tradisi Islam, batupun dimanfaatkan sebagai penanda kuburan dari bentuk yang sederhana hingga nisan-nisan yang sangat Indah. Nisan Aceh misalnya, memiliki hiasan bernilai seni tinggi serta diukir dengan kaligrafi arab yang sangat halus pengerjaannya. Di segi arsitektur, batuan-batuan marmer/pualamdi jadikan sebagai bahan pada banguan Taj Mahal di India.

nisan era kerajaan Lamuri di Aceh. Sumber: steemit.com
nisan era kerajaan Lamuri di Aceh. Sumber: steemit.com

Penggunaan batu sebagai material bangunan terus berlanjut hingga era modern. Dulu, manusia menggunakan batuan yang diproses secara manual dengan penggunaan yang terbatas, hanya untuk bangunan suci dan rumah-rumah para elit. 

Namun kini, batu diolah dengan teknologi yang sangat canggih dan dieksploitasi secara besar-besaran. 

Hampir semua orang memanfaatkan batuan alam untuk bahan baku bangunan. Sebagai contoh adalah semen yang menjadi bahan baku dalam membangun rumah beton dibuat dari batu kapur yang terlebih dulu dihancurkan menggunakan mesin.

Yang tidak berubah dari zaman ke zaman adalah penggunaan batu sebagai perhiasan. Sejak masa neolitik hingga sekarang batu menjadi  bahan perhiasan manusia terutama batu-batu mulia yang sangat langka.  

Sekarang saja ada perhiasan berlian yang nilainya seharga triliunan rupiah. Batupun di era modern memiliki fungsi yang lain yakni sebagai pajangan di museum. 

Betapa menariknya, batu yang dulunya hanya dimanfaatkan sebagai alat berburu kini dipamerkan di khalayak ramai karena dianggap sebagai barang antik dan langka.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa batu telah dimanfaatkan oleh manusia sejak jutaan tahun lalu, bahkan jauh sebelum manusia membudidayakan padi yang dimulai sejak 10.000 tahun yang lalu. 

Pemanfaatan batu tidak akan berhenti sepanjang sejarah manusia dan akan terus berlanjut di masa depan. Bersyukurlah kita dianugerahi Tuhan sumber daya alam yang satu ini. Entah bagaimana peradaban manusia tanpa adanya sumber batuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun