Lebih lanjut, peningkatan pollen Poaceae sekitar 2500 tahun yang lalu (sekitar tahun 500 SM)  mengindikasikan awal mula budidaya padi  di lahan rawa tersebut sejalan dengan penurunan padang rumput.Â
Akan tetapi fase ini hanya berlangsung selama beberapa abad. Sekitar tahun 100 SM atau empat abad kemudian terjadi penurunan pertanian padi dan lahan tersebut kembali dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan.
Indikasi pertanian padi penutur Austronesia pada pertengahan millenium pertama Sebelum Masehi tampaknya juga berkaitan dengan temuan lain yakni situs penguburan Tempayan Siulak Tenang yang berlokasi sekitar 20 km ke arah Barat Daya dari Danau Bento. Situs penguburan ini diduga dibuat oleh komunitas Austronesia yang menghuni kawasan tersebut pada abad-abad akhir Sebelum Masehi (Budi Santosa, 2015).Â
Bagaimanapun juga hasil kajian Setyaningsih dkk ini telah memperkaya khazanah ilmu arkeologi dan  membuka sedikit misteri awal mula pertanian padi yang dilakukan oleh nenek moyang kita.Â
Referensi
Budisantosa, 2015. Kubur Tempayan di Siulak Tenang, Dataran Tinggi Jambi dalam Perspektif Ekonomi, Sosial dan Kepercayaan. Forum Arkeologi Vol. 8, pp. 1-10
Setyaningsih, Christina dkk, 2019. "First Palaeoecological Evidence of Buffalo Husbandry and Rice Cultivation in the Kerinci Seblat National Park in Sumatra, Indonesia". Journal of vegetation history and archaeobotany, Springer, pp. 1-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H