Keberadaan gendang di kampung Todo merupakan simbol bahwa Todo adalah pusat kerajaan Manggarai. "Seperti tubuh manusia, bagian perut (pusar) merupakan bagian pusat (titik tengah) dari tubuh manusia, begitu pula wilayah Manggarai yang diumpamakan sebagai tubuh manusia, maka Todo merupakan bagian titik pusatnya, itulah mengapa gendang kulit perut manusia itu disimpan di sini", Tutur Titus. Namun sayangnya saya tidak dapat melihat gendang pusaka tersebut karena untuk melihat gendang tersebut dipungut biaya sebesar Rp.150.000/orang sebagai pengganti ritual adat.
Tata Ruang Kampung Todo
Meskipun kedatangan saya ke Todo bukan dalam rangka penelitian, hanya sebagai seorang wisatawan. Namun secara sepintas saya memperhatikan tata ruang dan lanskap kampung Todo ini.
Kampung/desa Todo berorientasi dalam arah Timur Laut-Barat Daya. Bagian paling timurlaut dalam area desa ini adalah pemakaman penduduk yang terdapat beberapa menhir di dalamnya serta merupakan bagian dari Pasomba (lihat di atas). Bagian timurlaut ini sekaligus menjadi gerbang masuk ke kampung Todo.Â
Sementara itu, bagian paling Baratdaya adalah deretan Mbaru Niang dengan pola susunan seperti tapal kuda (setengah lingkaran). Antara gerbang kampung dan rumah terhubung oleh pedestrian yang terbuat dari susunan batu dengan posisi ditinggikan sekitar setengah meter dari tanah. Di bagian tengah kampung terdapat susunan batu berundak dengan compang berada pada tingkat teratas. Di atas compang berdiri beberapa susunan menhir dan makam Raja.
Todo sendiri berada di dataran di bawah kaki bukit dengan posisi yanh lebih tinggi dari Lembah Mese. Oleh sebab itu, dari Todo terlihat lembah Mese yang terdiri dari persawahan (sawah lodok), sungai dan perkampungan di dalamnya.
Sekitar pukul 13.30 Wita, berakhirlah kegiatan mengeksplorasi kampung adat Todo. Setelah dijamu makan oleh Pak Titus, kami kembali ke Labuan Bajo dan mampir dulu ke Desa Melo, untuk menyaksikan serangkaian atraksi budaya Ata Manggarai.Â
Meski sangat lelah, melihat panorama elok dan eksotik di Kampung Todo mampu memulihkan energi kami dan kelelahan kamipun terbayar sudah. Mengunjungi desa Todo, bisa menjadi alternatif lain bila anda tidak sempat ke Desa Wae Rebo yang harus melewati medan yang lebih berat lagi. HF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H