Perjalanan dilanjutkan ke arah Selatan sekitar 20 km dari perkebunan Teh Kayu Aro. Tepat di Kecamatan Siulak dan Siulak Mukai terdapat beberapa bekas perkampungan adat. Di dalam perkampungan tersebut terdapat tinggalan budaya megalitik berupa menhir yang masih disakralkan dan dikeramatkan oleh penduduknya. Menhir dalam bahasa setempat disebut sebagai batu mijan.Â
Peduduk masih banyak yang menjalankan tradisi megalitik dengan cara membunuh hewan-hewan kurban di sekitar menhir dan mengoleskan darahnya pada menhir tersebut. Masyarakat setempat memiliki legenda bahwa menhir-menhir tersebut terkait erat dengan sejarah dan legenda para leluhur mereka di masa lalu.
Saya merasakan nuansa yang begitu  sakral dan magis sekaligus memompa adrenalin saat menyaksikan menhir-menhir berdarah. Ini merupakan pengalaman unik yang tidak diperoleh saat mengunjungi destinasi wisata alam dan budaya lainnya.
Masih di area Kecamatan Siulak Mukai, tepatnya di Desa Mukai Mudik. Saya mengunjungi rumah panjang khas Kerinci yang panjangnya mencapai puluhan meter. Mereka menyebutnya sebagai umah lahik. Umah lahik ini berada pada sebuah gang yang disebut sebagai Lahik Kampung Dalam oleh masyarakat. Untuk masuk ke dalam rumah panjang ini anda tinggal meminta izin penghuni rumah. Biasanya mereka mengizinkan untuk masuk dan memotret ukiran-ukiran rumah secara gratis.
Jelajah dilanjutkan sekitar 12 km ke arah Tenggara dari Kecamatan Siulak, tepatnya di Kota Sungai Penuh, Desa Pondok Tinggi. Saya mengunjungi masjid kuna yang terbuat dari kayu. Masjid ini dinamakan sebagai Masjid Agung Pondok Tinggi. Â Masjid yang didirikan pada awal abad ke-20 M dibangun dengan arsitektur khas masyarakat Kerinci, tanpa menggunakan paku melainkan dengan teknik pasak dan sambung kayu.
Selain dibangun dengan teknik arsitektur yang unik. Masjid ini juga dihiasi oleh ornamen-ornamen ukiran yang sangat indah seperti sulur-suluran yang disebut Kelouk paku kacang belimbing, kelouk paku tampouk kelapo, si matoahi, langguri lahak, samang baradu punggung dan lain sebagainya.
Di dalam masjid terdapat mimbar yang secara khusus dibangun bagi muazin (tukang bang) untuk melakukan azan setiap waktu shalat. Bagian mihrab masjid ini juga dihiasi oleh tegel-tegel keramik eropa dengan berbagai motif.
Sekedar masuk ke dalam dan mengunjungi masjid ini tidak dikenakan beaya apapun. Yang terpenting harus menjaga norma-norma setempat saat memasuki masjid seperti memakai celana panjang, dan baju tertutup bagi perempuan. Tidak lupa saya mengabadikan momen langka saat berkunjung ke sini.