Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapak dan Kaum Darwis, Sisi Lain Asketisme dalam Islam

24 Juli 2018   01:35 Diperbarui: 30 Juli 2018   13:48 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang darwis muda dengan kapak yang dibawanya, sumber: pinterest

Kapak merupakan salah satu instrumen jihad, di mana dengan membawanya menjadi pengingat bahwa mereka sedang di dalam medan perjuangan melawan hawa nafsu dan ego diri sendiri.

Simbol-simbol yang digunakan oleh para Darwis. Sumber: pinterest
Simbol-simbol yang digunakan oleh para Darwis. Sumber: pinterest
Bercermin dari Para Darwis

Di era globalisasi saat ini, telah mengubah banyak prilaku dan cara berpikir manusia. Sikap materialistik yaitu watak yang diwujudkan melalui sikap hidup yang mendambakan materi, ingin menguasai dan memiliki benda sebanyak mungkin. Prilaku semacam ini menyibukkan manusia mencari "benda dan benda" dengan segala cara, menumpuk harta  sehingga melalaikan mereka terhadap masalah kerohanian. Tentu saja, sikap semacam ini memicu masalah-masalah sosial yang lain seperti kriminalitas, korupsi dan berbagai prilaku amoral lainnya. Bila direlasikan dengan Asketisme, maka Materialisme ini adalah oposisinya.

Para materialis yang telah mengalami kekosongan rohani, bahkan tidak ragu untuk melakukan tindakan "bunuh diri" ketika mencapai suatu titik jenuh, seperti banyak contoh kasus para konglomerat, artis dan pejabat tinggi yang hal tersebut. Di satu sisi, mereka berupaya kembali menemukan kebahagian dan ketenangan jiwa dengan kembali mempelajari agama, merenung tentang kehidupan serta menanggalkan atribut dan kekayaan mereka.

Melalui kehidupan para Darwis ataupun Asketis lainnya, hendaknya dapat dijadikan cermin dalam berprilaku di masa kini. Menjadikan kita banyak membantu sesama manusia yang membutuhkan, tak hanya untuk mengejar dan mencari harta semata. Seperti halnya, Siddharta Gautama, seorang pangeran yang keluar dari dunia material di lingkungan istana menuju dunia spritual di lingkungan kaum papa. Begitu pula, tokoh Mahatma Gandhi, yang karena pemikirannya mendorong semangat masyarakat untuk menentang penindasan dan melawan penjajahan. Tentu saja pemikiran-pemkiran itu lahir dari kemapanan rohani, bukan dari kaum Materialis yang justru menjadi biang kemunculan penjajahan dan kolonialisasi.

Referensi Utama

Pradines, Stephane dan Khorasani, MM. 2018. Sufi in War: Persian Influence on African Weaponry in 19th century Mahdist Sudan. JAAS XXII (5): 254-279

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun