Saat piagam dikeluarkan, Gunung Kerinci masih dinamakan sebagai Gunung Berapi, sesuai dengan penamaan oleh masyarakat setempat.Â
Penamaan Gunung Berapi oleh Orang-Orang Belanda
Wilayah di sepanjang Pesisir Barat Sumatra, merupakan wilayah-wilayah paling awal yang menjadi koloni orang Barat di Pulau Sumatra, termasuk wilayah Kerajaan Indrapura yang merupakan tetangga  wilayah Kerinci di sebelah Barat, namun penguasaan mereka masih terbatas di wilayah pesisir saja, sementara wilayah pedalaman termasuk Kerinci belum dikuasai.
Sebagai gunung yang tertinggi di Sumatra, gunung "berapi" ini, bisa dilihat dari Indrapura, bahkan terlihat paling tinggi di antara jejeran bukit barisan jika kita berada di sana. Oleh sebab itu, orang-orang Barat menamakan gunung berapi ini sebagai "puncak Indrapura" atau piek van Indrapura sebagaimana yang tertulis di peta-peta awal mereka.Â
Namun ketika mereka melakukan  sejumlah ekspedisi  ke pedalaman Sumatra pada  abad ke 19 M, mereka mengetahui bahwa Gunung yang disebut sebagai Puncak Indrapura tersebut berada di wilayah adat penguasa Kerinci sehingga sejak saat itu mereka mengganti istilah puncak Indrapura menjadi Gunung Kerinci (Mount Korintji) atau piek van Korintji (C. M. Kan, 1876).
Sejak saat itu pula, nama Gunung Kerinci mulai digunakan oleh kalangan-kalangan Barat termasuk di dalam buku maupun peta yang mereka buat dan kemudian dijadikan sebagai sumber bahan ajar geografi di sekolah-sekolah Hindia Belanda.
Kerinci dan Sumatera-WestKust
Kerinci termasuk wilayah paling akhir yang dikuasai Hindia Belanda di Pulau Sumatra. Wilayah ini secara resmi menjadi bagian dari jajahan Belanda pada tahun 1904 M melalui sejumlah ekspedisi militer yang mereka lakukan sejak tahun sebelumnya (Van Aken, 1915). Pada mulanya wilayah Kerinci secara administratif dimasukkan ke dalam wilayah Keresidenan Jambi. Namun pada tahun 1922, Kerinci secara administratif dimasukkan ke dalam keresidenan Sumatra westkust di bawah Afdelling Kerinci-Painan.Â
Pada tahun 1933, pendakian pertama Gunung Kerinci melaui Kersik Tuo dilakukan. Sejumlah dokumentasi Belanda yang bisa dilihat di KITLV-Pictura bertahun 1933, menunjukkan potret-potret pendakian Gunung Kerinci pertama. Di antaranya berjudul Rustpauze tijdens de beklimming van de piek van de Kerintji (3805 m.), Sumatra's Westkust Date 1933, seperti gambar-gambar berikut ini:
Saat itulah, tapal batas provinsi Sumatra Barat dan Jambi ditetapkan. Penetapan batas-batas ini sebenarnya masih menjadi polemik di antara ke dua provinsi termasuk mengenai keberadaan Gunung Kerinci. Peta-peta yang dilihat di Google Maps menunjukkan bahwa Gunung Kerinci dibelah menjadi dua bagian, bagian Selatan berada di wilayah Kabupaten Kerinci, Jambi sementara wilayah Utara berada di wilayah di Sumatra Barat. Ke dua wilayah administratif ini merasa berhak  memanfaatkan Gunung ini untuk kegiatan pariwisata dalam rangka menambah pendapatan daerah.