Keempat, materi. Kita semua memerlukan materi dalam menyambut bulan Ramdhan bukan untuk menghidangkan makanan yang enak dan lezat saat berbuka puasa atau membeli baju baru untuk Idul Fitri, namun kita memerlukan dana lebih untuk memperbanyak infaq, menyediakan buka puasa untuk orang lain dan membantu para dhuafa, yatim piatu dan fakir miskin orang yang membutuhkan. Dan sudah barang tentu bagi yang memiliki harta yang telah mencapai nishab dan haul harus siap untuk mengeluarkan zakatnya.
Kelima, puasa sunnah. Perbanyak puasa di bulan Rajab dan Sya'ban. Secara khusus, anjuran-anjuran tertentu, termasuk keutamaan berpuasa sunnah di bulan Rajab. Memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah, akan tetapi, berpuasa di bulan Rajab bisa merujuk kepada landasan secara umum hadits-hadits berpuasa di bulan-bulan mulia, asyhur al hurum, seperti riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Iman Ahmad. "Berpuasalah pada bulan- bulan haram," sabda Rasul. Sedangkan, berpuasa Sya'ban, ini tak usah diragukan lagi. Hal ini sebagaimana di sebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah RA. "Rasulullah paling banyak berpuasa sunnah di bulan Sya'ban". Ada banyak prediksi maksud di balik pelaksanaan puasa pada bulan tersebut, diantaranya puasa itu dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi puasa Ramadhan.
Mari kita tingkatkan frekuensi penempaan spiritual diri kita dari sekarang. Ramadhan adalah sekolah sekaligus kawah candradimuka bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini akan mempermudah implementasi program ibadah selama Ramadhan, mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan atau berprasangka buruk, menyambung dan jaga silaturahim dengan keluarga dan kerabat dekat maupun jauh, karena akan ada banyak manfaat di balik mempererat tali silaturahim.
Waaloohua'lam bisshowaab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H